Kamis, 04 November 2010

"MAIYAH CINTA SEGITIGA"

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, kepada Jamaah Maiyah di seluruh jagat Allah SWT, dari Kadipiro Kamis 4 November 2010.

1. "Salah sawijine sopo biso anglakoni, insyaAllah Gusti Pengeran ngijabahi" "Melakukan salah satu, baik. Melakukan sebagian, ahsan. Melakukan semua, afdhal".

2. Mulai hari-hari ini, ingat-ingat kembali, gali, perdalam, diskusikan, ijtihadi bersama Ilmu Dasar Maiyah CINTA SEGI TIGA, Tafsir Maiyah tentang Syafaat Rasulullah Muhammad SAW.

3. Sempatkan berkumpul, kalau tidak- sering-sering, masing-masing bertafakkur: Membaca doa Rasulullah Muhammad SAW di tengah bahaya besar:

"Allahummahrusnaa bi 'ainikallati laa tanaam, waknufnaa bi kanafikallati laa yuraam, warhamnaa bi qudratika 'alaina, falaa nahliku wa Anta rajaa'una Laa Ilaaha Illallahul 'adziimul haliim Laa Ilaaha Illallahu robbil 'Arsyil 'Adziim Walhamdulillahi Rabbil 'Alamiin"

Allahumma ya Allah jagalah kami dengan mripatMu yg tdk pernah tidur. Peluklah (lindungilah) kami dlm pelukanMu yg tak terlepaskan. Kasihilah kami dengan kuasaMu atas kami, maka kami tidak akan binasa karena Engkaulah semata harapan kami. Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Sabar. Tiada tuhan selain Allah, Penguasa arasy yang Agung. Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam

4. Membaca kembali, memahami dan meyakini makna Al-Anfal 33.

5. Ber-IJTIHAD menyelami Al-Hasyr 18 s/d 24.

6. Ber-MUJAHADAH dengan mewiridkan AlHasyr 20.

7. Mohon ikhlas sempatkan setiap atau sekali saja Malam Jum'at melakukan Shalatullail, kemudian membaca urut surah Al-Ikhlas AlFalaq AnNas.
Berapa kalipun sekuatnya, syukur sekurang-sekurangnya 31X

Kapan luang dan ikhlas wiridkan:
"Ya Mannana Ya Karim Ya 'Adla Ya Hakim Ya Rohmana Ya Rohim Ya Hafiidha ya Halim"
Berapa kalipun sekuatnya, syukur sekurang-kurangnya 100X.

9. Jika muncul rasa takut, cemas, gelisah, wiridkan kalimat Rasulullah Muhammad SAW di saat genting:
"In lam takun 'alayya ghodhobun fala ubali"

Semoga Allah swt mengayomi hamba-hambaNya yang tidak ikut merusak kehidupan, serta mengampuni siapapun yg bertobat, yang mengerti dan mengakui dosa2nya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Muhammad Ainun Nadjib

Kamis, 23 September 2010

Jika . . .


Jika kamu memancing ikan.....Setelah ikan itu terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu.....
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang.... Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya.....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja......
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat.....


Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh......cukuplah sekadar keperluanmu.......
Apabila sekali ia retak......tentu sukar untuk kamu menambalnya semula......
Akhirnya ia dibuang......

Sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi.....

Begitu juga jika kamumemiliki seseorang, terimalah seadanya.....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.....
Anggaplah ia manusia biasa.
Apabila sekali ia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.....akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya.....

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi.....yang pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain....
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
kamu akan menyesal.

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan....yang membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu. Mengasihimu.

Mengapa kamu berlengah, coba bandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan.

Kelak, kamu akan kehilangannya; apabila dia menjadi milik orang lain kamu juga akan menyesal...

Minggu, 08 Agustus 2010

Nasehat Ramadhan buat Musthofa Bisri

Oleh: KH.Musthofa Bisri


Musthafa, jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadhan bulan ampunan.
Apakah hanya menirukan Nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu.
Musthafa, Ramadhan adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu.
Darimu hanya untukNya. Dan Ia sendiri tak ada yang tau apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu.
Semua yang khusus untukNya, khusus untukmu.

Musthafa, Ramadhan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu, dan bulanmu serahkanlah semata-mata padaNya.
Bersucilah untukNya, bershalatlah untukNya, berpuasalah untukNya, berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya.
Sucikan kelaminmu berpuasalah,
Sucikan tanganmu berpuasalah
Sucikan mulutmu berpuasalah
Sucikan hidungmu berpuasalah
Sucikan wajahmu berpuasalah
Sucikan matamu berpuasalah
Sucikan telingamu berpuasalah
Sucikan rambutmu berpuasalah
Sucikan kepalamu berpuasalah
Sucikan kakimu berpuasalah
Sucikan tubuhmu berpuasalah
Sucikan hatimu, sucikan pikiranmu berpuasalah
Sucikan dirimu….
Musthafa, bukan perut yang lapar, bukan tenggorokan yang kering yang mengingatkan kedhaifan, dan melembutkan rasa.
Perut yang kosong dan ternggorokan yang kering ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata, tangan, kaki, dan kelamin. Lebih tahan sedikit berpuasa. Tapi hanya kau yang tau, hasrat dikekang untuk apa? Dan untuk siapa?
Puasakan kelaminmu untuk memuasi ridha,
Puasakan tanganmu untuk menerima kurnia
Puasakan mulutmu untuk merasai firman
Puasakan hidungmu untuk menghirup wangi
Puasakan wajahmu untuk menghadap keelokan
Puasakan matamu untuk menatap cahya
Puasakan telingamu untuk menangkap merdu
Puasakan rambutmu untuk menyerap belai
Puasakan kepalamu untuk menekan sujud
Puasakan kakimu untuk menapak shirath
Puasakan tubuhmu untuk meresapi rahmat
Puasakan hatimu untuk menikmati hakikat
Puasakan pikiranmu untuk meyakini kebenaran
Puasakan dirimu untuk menghayati hidup
Tidak…Puasakan hasratmu hanya untuk hadhiratNya.

Musthafa, Ramadhan bulan suci katamu
Kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu
Tapi bukanlah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian, keserakahan, ujub, riya, takabur, dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu.
Musthafa, inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati
Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu yang secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi kau puja selama ini.
Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti ramadhann-ramadhan yang lalu?

Tadarus

Oleh : Gus Mus

Bismillahirrahmanirrahim
Brenti mengalir darahku menyimak firman-Mu

Idzaa zulzilatil-ardlu zilzaalahaa
Wa akhrajatil-ardlu atsqaalahaa
Waqaalal-insaanu maa lahaa
(ketika bumi diguncang dengan dasyatnya
Dan bumi memuntahkan isi perutnya
Dan manusia bertanya-tanya:
Bumi itu kenapa?)

Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa
Bianna Rabbaka auhaa lahaa
Yaumaidzin yashdurun-naasu asytaatan

Liyurau a'maalahum
(Ketika itu bumi mengisahkan kisah-kisahnya
Karena Tuhanmu mengilhaminya
Ketika itu manusia tumpah terpisah-pisah
'Tuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan mereka)
Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah
Waman ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarah
(Maka siapa yang berbuat sezarrah kebaikan
pun akan melihatnya
Dan siapa yang berbuat sezarrah kejahatan
pun akan melihatnya)

Ya Tuhan, akukah insan yang bertanya-tanya
Ataukah aku mukmin yang sudah tahu jawabnya?
Kulihat tetes diriku dalam muntahan isi bumi
Aduhai, akan kemanakah kiranya bergulir?
Diantara tumpukan maksiat yang kutimbun saat demi saat
Akankah kulihat sezarrah saja
Kebaikan yang pernah kubuat?
Nafasku memburu diburu firmanMu

Dengan asma Allah Yang Pengasih Penyayang
Wa'aadiyaati dlabhan
Falmuuriyaati qadhan
Fa-atsarna bihi naq'an
Fawasathna bihi jam'an
(Demi yang sama terpacu berdengkusan
Yang sama mencetuskan api berdenyaran
Yang pagi-pagi melancarkan serbuan
Menerbangkan debu berhamburan
Dan menembusnya ke tengah-tengah pasukan lawan)
Innal-insana liRabbihi lakanuud
Wainnahu 'alaa dzaalika lasyahied
Wainnahu lihubbil-khairi lasyadied
(Sungguh manusia itu kepada Tuhannya
Sangat tidak tahu berterima kasih
Sunggung manusia itu sendiri tentang itu menjadi saksi
Dan sungguh manusia itu sayangnya kepada harta
Luar biasa)
Afalaa ya'lamu idza bu'tsira maa fil-qubur
Wahushshila maa fis-shuduur
Inna Rabbahum bihim yaumaidzin lakhabier
(Tidakkah manusia itu tahu saat isi kubur dihamburkan
Saat ini dada ditumpahkan?
Sungguh Tuhan mereka
Terhadap mereka saat itu tahu belaka!)

Ya Tuhan, kemana gerangan butir debu ini 'kan menghambur?
Adakah secercah syukur menempel
Ketika isi dada dimuntahkan
Ketika semua kesayangan dan andalan entah kemana?
Meremang bulu romaku diguncang firmanMu

Bismillahirrahmaanirrahim
Al-Quaari'atu
Mal-qaari'ah
Wamaa adraaka mal-qaari'ah
(Penggetar hati
Apakah penggetar hati itu?
Tahu kau apa itu penggetar hati?)

Resah sukmaku dirasuk firmanMu

Yauma yakuunun-naasu kal-faraasyil-mabtsuts
Watakuunul-jibaalu kal'ihnil-manfusy
(Itulah hari manusia bagaikan belalang bertebaran
dan gunung-gunung bagaikan bulu dihambur-terbangkan)

Menggigil ruas-ruas tulangku dalam firmanMu

Waammaa man tsaqulat mawaazienuhu
Fahuwa fii 'iesyatir-raadliyah
Waammaa man khaffat mawaazienuhu faummuhu haawiyah
Wamaa adraaka maa hiyah
Naarun haamiyah
(Nah barangsiapa berbobot timbangan amalnya
Ia akan berada dalam kehidupan memuaskan
Dan barangsiapa enteng timbangan amalnya
Tempat tinggalnya di Hawiyah
Tahu kau apa itu?
Api yang sangat panas membakar!)

Ya Tuhan kemanakah gerangan belalang malang ini 'kan terkapar?
Gunung amal yang dibanggakan
Jadikah selembar bulu saja memberati timbangan
Atau gunung-gunung dosa akan melumatnya
Bagi persembahan lidah Hawiyah?
Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu
Akan menerbangkannya ke lautan ampunan
Shadaqallahul' Adhiem
Telah selesai ayat-ayat dibaca
Telah sirna gema-gema sari tilawahnya
Marilah kita ikuti acara selanjutnya
Masih banyak urusan dunia yang belum selesai
Masih banyak kepentingan yang belum tercapai
Masih banyak keinginan yang belum tergapai
Marilah kembali berlupa
Insya Allah Kiamat masih lama. Amien.

1963+1988

(dari Antologi Puisi A. Mustofa Bisri "Tadarus", Prima Pustaka Yogyakarta,
1993)

Kamis, 05 Agustus 2010

Puing Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,sepulang pengajian tadi malam,di ruang khalwatku berdiri sosok sedang tahajjud,lama dia wiridan sampai menjelang Subuh,aku tunggu sampai selesai sembahyang.Namanya Priono,asli Semarang,umurnya 45 tahun,masih lajang,ahli pijat,terusir dari sebuah lembaga sosial yang berlabel agama,kini ia berada di depanku,subhanallah: dia cacat mata,tetapi tidak matahatinya.Lembaga agama ini telah direkamnya sedemikian rupa dengan kejujuran nuraninya: dalam kajian agama (islam) nampak semua dilarang--misalnya--Yasinan,Tahlilan,Nariyahan,Puji-pujian sebelum sembahyang.Yasin benar tetapi Yasinan salah,Tahlil benar tetapi tahlilan salah dan seterusnya--katanya.Kalau shalat mereka pakai celana komprang,tanpa peci.Menurut kisahnya: selalu mencari kesalahan orang sesama muslim.Atas kehadirannya di Rumah Cinta ini,setelah terusir dari lembaga itu,karena dia melakukan hal-hal yang menurut mereka salah itu,bid'ah itu,khurafat itu,tahayul itu.Pengusiran kepadanya itu bagian dari shok terapi--kata mereka.Ternyata sedulur kita yang buta ini,dengan segala bawaannya yang sedemikian banyak itu,pergi meninggalkan lembaga sosial yang berlabel agama ini,entah ke mana,dan sampai di depan mataku ini.Aku sambut dia dengan suka cita,aku nyatakan dia adalah saudaraku,kita sesama makhluk Sang Pencipta yang Esa,kita adalah sama,dicipta dari tanah yang sama.Sekarang dia menjadi temanku,teman dalam jalan kehidupanku yang bisa membantu dalam memahami kebenaran yang tersembunyi,aku pandang dia tidak cacat--walau buta--dan dia aku pandang manusia seutuhnya,aku nyatakan: aku sayang padanya.Dia tersenyum gembira--sekarang--dia baru sarapan pagi seadanya di sisiku.Bahkan aku bilang,mintalah apa saja dariku,kau adalah saudaraku,aku menyayangimu,bahkan aku menyayangi orang yang bersimpuh di kuil,aku menyayangi orang yang berdo'a di gereja,kita adalah anak-anak dari Satu Keyakinan,Sang Khalik,siapa pun berada dalam jemari Ilahi,dituntun jalan ke arah kesempurnaan Ruhani.Aku menyayangimu Kang Priono,abadi bersama kekekalan cinta dan keindahannya,aku menyayangimu sebab telah kisaksikan dirimu remuk dan begitu rentan di depan penjajah yang keji,sedemikian melarat serta miskin,terusir di hadapan ketamakan,aku menangis demi kepentinganmu,dan dibalik air mataku aku mencoba menatap : kau ditemani Dia,aku aku mendekatimu dalam usahaku mendekati Dia.Kau adalah--aku temukan--seorang pengelana mencari sesuap nasi dan perlindungan di sahara kehidupan ini,tetapi mereka tidak menerimamu,bagaimana aku bisa bersenang-senang dibalik deritamu ini.Kau begitu mandiri: dengan tongkat di tangamu,kau telusuri kegelapan untuk berwudhu,mandi,sembahyang maka jadilah kau tidak buta,cahaya di mata hatimu terang benderang.Atas kehadiranmu,mengingatkan aku pada Kanjeng Nabi yang terusir oleh orang-orang itu,aku ingat akan tersalibnya Juru Selamat itu,aku ingat akan Socrates yang diberi racun untuk meminumnya.Ternyata Kanjeng Nabi tidak bisa dibunuh,sebab beliau hidup dalam keabadian Cinta,Socrate tidak bisa dihancurkan di Athena,sebab bilau hidup dengan keabadian kebenaran,cela dan hina tiada dapat menang melawan siapa pun yang menuruti jiwa kemanusiaan,dan mengikuti jejak-jejak para malaikat,mereka akan terus hidup dan berkembang tumbuh selamanya.Aku pun berucap kepada Kang Priono ini: sesungguhnya rumah yang menolak memberi sepotong roti atau seteguk air atau sepiring nasi,sesungguhnya rumah yang menolak untuk sebuah amben(ranjang) pada mereka yang memerlukan,sangatlah layak untuk disebut puing-puing reruntuhan dan rumah terbengkelai.Aku sayang kamu Kang Priono,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu......Kawan2,kini aku lihat dia tersenyum,surga menyalakan kembali lentera dengan keharuman semerbak,aku minta dia damai di rumah ini sebagai mana harapannya,karena telah ditelusuri kegelaqpan ini tiada yang mau menampungnya,malah mengusirnya,aku melakukan ini sebab dia bukan orang lain dalan ranah keTauhidan hidupku,dan kini dia mau shalat dhuha dengan langkah tongkat di tangannya,sementara aku memandang dengan derai air mata......Selamat datang saudaraku di rumah Cinta ini.aku sayang kamu...

Sabtu, 19 Juni 2010

NU dan Garasinya

Oleh: Dr. KH A. Mustofa Bisri

Keluarga Pak Nuas Waja merupakan keluarga desa yang cukup kaya. Di samping rumah yang besar, keluarga ini memiliki sawah, kebun, peternakan, perahu penangkap ikan, toko serba ada, dan masih ada kekayaan dan usaha yang lain. Keluarga Pak Nuas Waja yang cukup banyak, tidak kesulitan menangani semua harta dan usaha itu, meski pengelolaannya masih secara tradisional. Masing-masing anggota keluarga, sesuai keahliannya diserahi dan bertanggungjawab atas bidang yang dikuasainya. Ini menggarap sawah; ini mengurus kebun; itu menangani toko; itu mengurus peternakan; demikian seterusnya.

Masih ada satu usaha keluarga lagi yang dilakukan bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Yaitu, usaha transportasi. Tapi, karena waktu pembagian keuntungan, dirasa kurang adil, akhirnya keluar dan mendirikan usaha transportasi sendiri. Berhubung usaha ini baru bagi mereka, maka diajaknya beberapa personil dari luar yang dianggap mampu dan mengerti seluk-beluk transportasi. Ternyata, usaha baru ini meraih sukses yang luar biasa. Dari empat besar perusahaan transportasi, perusahaan keluarga pak Nuas Waja yang baru ini meraih peringkat ketiga. Dampak dari sukses besar ini, antara lain: personil-personil dari luar yang ikut membantu–atau yang berjanji akan membantu--menangani usaha ini pun menyatakan bergabung total sebagai anggota keluarga. Pak Nuas pun tidak keberatan dan justru senang.

Dampak lain yang jauh lebih penting dan serius, ialah kemaruknya para anggota keluarga terhadap usaha transportasi yang sukses besar ini. Setiap hari sebagian besar mereka berjubelan di garasi; meskipun sebenarnya banyak yang sekedar bermain-main klakson atau memutar-mutar stir mobil, karena memang tak tahu apa yang harus mereka lakukan di garasi itu. Lama-lama, mereka yang bertanggung jawab menggarap sawah, kebun, peternakan, toko, dlsb pun tertarik dan tersedot ikut menjubeli garasi mereka. Sawah pun menjadi bero, kebun tak terawat, toko tak ada yang menjaga, ternak-ternak pada mati, perahu nganggur Bahkan, rumah sendiri sering kosong, banyak perabotan diambil dan dibawa orang tak ada yang tahu. Halamannya kotor tak terurus.

Ketika penguasa negeri ganti dan mendirikan juga usaha transportasi sendiri, keluarga Nuas Waja pun agak pusing. Soalnya cara berusaha penguasa baru ini tidak lazim. Mereka menggunakan cara-cara makhluk rimba untuk memajukan usaha mereka. Tak segan-segan mereka menggunakan tipuan dan kekerasan.Orang dipaksa untuk menggunakan transportasi mereka; yang tidak mau, tahu rasa!

Namun, meski bersaing dengan usaha penguasa yang zalim begitu, usaha keluarga Nuas Waja masih mampu bertahan, walau babak-belur. Bahkan perlakuan penguasa itu justru semakin mengentalkan ‘fanatisme’ keluarga terhadap usaha transportasi ini.

Akan tetapi, penguasa lebih pintar lagi. Dengan kelicikannya, orang pun digiring untuk menyepakati aturan main baru yang agaknya sudah lama mereka rencanakan di bidang transportasi ini. Aturan itu melarang orang berusaha transportasi sendiri-sendiri di rumah. Mereka yang berusaha di bidang transportasi harus nge-pol dan bergabung dalam salah satu dari tiga wadah usaha yang sudah disiapkan. Akhirnya, keluarga Nuas pun bergabung dengan beberapa penguasaha lain, sesuai arahan penguasa. Dan nasib seperti pada masa lampau pun terulang kembali. Keluarga Nuas yang sahamnya paling besar, justru waktu pembagian keuntungan selalu kena tipu dan rugi.

Maka, waktu ada gagasan dari sementara anggota keluarga untuk kembali saja ke jati diri awal mereka, banyak yang mendukung gagasan itu, meskipun dengan alasan yang berbeda-beda. Demikianlah, meskipun seperti malas-malas dan terus menghadapi godaan untuk hanya mengurusi usaha transportasi, anggota keluarga yang biasa menggarap sawah, mulai kembali ke sawah; yang biasa mengurus kebun, kembali ke kebun; yang mengelola toko, kembali ke toko; demikian seterusnya. Sementara itu, mereka yang sudah merasa mapan menjalankan usaha transportasi, sesekali masih mencoba mencari kawan pendukung.



Dunia selalu berubah. Beberapa waktu, setelah pemerintahan ganti lagi dan usaha transportasi kembali bebas, keluarga Nuas Waja pun kembali terseret arus pertransportasian yang kembali marak. Banyak keluarga yang dulu punya usaha sendiri, beramai-ramai menghidupkan kembali usaha transportasi mereka. Garasi pun dibangun dimana-mana. Dan keluarga Nuas Waja pun menghabiskan enersi mereka untuk urusan garasi dan transportasi; termasuk mereka yang busi dan dongkrak pun tak mengenalnya.

***
Mungkin saya terlalu sederhana, tapi tamsil di atas itulah yang selalu saya gunakan untuk menerangkan NU dan Khithahnya kepada orang-orang sederhana di bawah.

Saya ingin mengatakan bahwa memang ada faktor politik di dalam proses kelahiran Khithah NU, tapi bukan berarti politiklah yang harus disalahkan dan oleh karenanya lalu dipahami NU tak lagi menghalalkan–setelah selama ini menghalalkan--politik. Khitthah NU dalam hal ini–karena Khitthah tak sekedar bicara hal ini--sekedar mendudukkan politik dalam proporsi sesuai dengan porsinya. Politik, sama dengan dakwah, pendidikan, ekonomi, dsb., mesti dilihat sebagai khidmah kemasyarakatan yang harus dilakukan secara bertanggungjawab bagi kepentingan bangsa dan negara. (Baca Khitthah NU butir 8)

Agaknya, warga NU memang belum siap untuk menerima NU sebagai organisasi yang baik seperti dituntut Khitthah NU. Setelah perjalanannya sebagai jamaah yang cukup jauh, tiba-tiba warga NU pangling dengan jatidirinya sendiri. “Kesuksesan” mereka dalam kiprah politik, membuat mereka seperti kemaruk, sehingga mempersiapkan diri bagi amal politik sebagai khidmah tak kunjung terpikirkan. Sementara, kehidupan perpolitikan di negeri ini pun tidak mengajarkan perilaku politik yang baik, yang mengarah kepada tercapainya kemaslahatan bersama. Perpolitikan yang hanya mengedepankan kepentingan sesaat bagi kelompok sendiri-sendiri. Di pihak lain, mereka yang terus-menerus menyaksikan praktek-praktek politik yang mengabaikan akhlaqul karimah dan belum pernah merasakan manfaat dari perpolitikan itu, malah justru sering dirugikannya, serta merta menyambut Khitthah NU dengan kegirangan orang mendapat dukungan.
Akibatnya, Khitthah NU yang semestinya menjadi landasan bagi perbaikan menyeluruh untuk kepentingan bersama, hanya dijadikan sekedar alat bagi membenarkan kiprah masing-masing alias hanya dijadikan senjata untuk bertikai antar sesama.

Sebenarnya, dengan tamsil di atas itu, saya ingin mengatakan juga bahwa NU dan Khitthahnya sebenarnya sangat gamblang, mudah dipahami, dan tak ada masalah.

Khitthah NU hanya mengingatkan bahwa NU itu mempunyai tujuan besar dan cita-cita luhur yang untuk mencapainya, mengupayakan dengan berbagai ikhtiar. Bidang garapan dan khidmah NU karenanya bermacam-macam. Masing-masing dilakukan oleh mereka yang memang seharusnya melakukannya (ahlinya).

Namun, sebagaimana Islam dan Pancasila, persoalannya selalu lebih kepada manusianya. Itulah sebabnya, pada waktu menjelang Munas Lampung tahun 1992, ketika Kyai A. Muchith Muzadi diminta PBNU menulis syarah Khitthah, saya sempat mempertanyakan, apanya yang perlu disyarahi? Bukankah Khitthah NU sudah sedemikian jelas bagai matahari siang? Apabila orang tidak bisa melihat matahari, bukan mataharinya yang kurang jelas. Sekarang disyarahi dan besok mungkin dikhasyiahi pun, jika kepentingan NU dan umat masih dinomorsekiankan, insya Allah Khitthah tetap tak kunjung “jelas” bagi mereka yang bersangkutan.

Sejak pertama dimasyarakatkannya Khitthah NU, telah ratusan kali saya bertemu warga NU, yang tokoh maupun bukan; belasan kalau tidak puluhan artikel saya tulis; dan kesimpulan saya tetap seperti itu. Seperti Indonesia ini, manusianyalah yang perlu ‘direformasi’. Karena itu saya selalu ngotot, bahwa penataan diri mestilah merupakan prioritas. NU harus segera diupayakan menjadi jam’iyyah, tidak terus menerus hanya sebagai jamaah.

Khitthah NU ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar yang perwujudannya dengan izin Allah terutama tergantung kepada semangat pemimpin dan warga NU. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warganya benar-benar meresapi dan mengamalkan Khittah NU ini. (Khotimah Khitthah Nahdlatul Ulama). Wallahu a‘lam.

Senin, 14 Juni 2010

Sebuah koin Penyok

oleh : Gusblero

Lelaki itu keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok sandang dan pangan keluarganya.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Lelali itu sudah tak tahan dengan kondisi seperti ini, pun ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, mendapat pekerjaan memperoleh penghasilan.

Ketika lelaki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu kerna gusar, kecewa, dan panik akan tuntutan kehidupannya, ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 300 ribu rupiah.

Begitu senangnya lelaki itu, ia lalu mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia merasa bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 300 ribu, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel yang sudah terlatih melihat kayu bagus melihat apa yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, kualitasnya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 1.000.000 rupiah kepada lelaki itu.

Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 2.000.000 rupiah. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 2.500.000 rupiah. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 2.500.000 rupiah. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Ahaaaaa....BILA KITA SADAR KITA TAK PERNAH MEMILIKI APAPUN, KENAPA HARUS TENGGELAM DALAM KEPEDIHAN YANG BERLEBIHAN?

Note: kisah ini diadaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns

Kamis, 10 Juni 2010

Sejoli Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,sejoli itu pada galipnya dimaknai sepasang atau sejodoh antara laki-laki dan perempuan,tetapi sejoli ini lain karena ada cinta diantara mereka dengan amat kuatnya,sehingga mereka meninggal dalam sepuluh menit selisihnya.Ada seorang perjaka sampai tua--sekitar 50 tahun--meninggal,sepuluh menit berikutnya Ibunya menyusul,sejoli cinta mati bersama.Perjaka sampai tua itu--dia sedulurku--disebabkab dia merawat Ibunya yang sakit sampai puluhan tahun,Ibu itu umurnya 80 tahun saat meninggal.Aku yakin sedulurku ini menuruti suara dhamirnya,dimana Ibu adalah sosok yang penuh cinta karena dia diwujudkan Tuhan sebagai manifestasi dari jamaliyahNya (keindahanNya),sehinga Kanjeng Nabi menyebut surga itu dibawah telapak kaki Ibunya.Pada sisi yang lain perempuan itu sebenarnya bayang-bayang Tuhan,karena lewat rahimnyalah kita semua ini dititipkan Gusti Allah.Sedulurku ini orangnya kurus,tinggi badan,sorot mata yang tajam dan punya penyakit bawaan sejak kecil--jantung.Sementara Ibunya punya penyakit misteri,disamping ketuaannya tetapi sakitnya itu mesterius karena puluhan tahun tak kunjung sembuh (bersyukurlah bagi yang sehat-sehat saja).Sekandungnya banyak sebenarnya,semua kerja dan berumah tangga di luar kota,luar Jawa.Jadinya dia itu semacam manifestasi cinta Allah kepada Ibunya itu,karena merawat sedemikian rupa,sampai ia matikan syahwatnya sendiri--lupa menikah sampai setua itu.Aku sendiri ketika menelaah dia,ingat akan seorang pemuda yang menawarkan diri mau ikut hijrah ke Madinah,saat itu Kanjeng Nabi saw bertanya : masihkah kamu punya seorang Ibu? Masih Ya Rasulallah--jawab pemuda itu--malah sekarang baru sakit dan saat aku pamiti beliau menangis.Dengan kearifan cinta beliau,beliau menyatakan : kamu tidak usah ikut hijrah aku,rawatlah Ibumu pahalamu sama dengan hijrahku,buatlah Ibumu tersenyum sebagaimana engkau telah membuatnya menangis.Kalau aku ketemu dia kala menjenguk Ibunya,memastikan aku ingat akan pemuda yang sowan Kanjeng Nabi saw itu.Ketika aku menatapnya,aku musti yang tertunduk malu--bahkan meneteskan air mata--karena aku lihat dia : memasakkan,mencuci,mmbersihkan rumah,menyuapi,memandikan,menceboki,memijiti,meminumi dengan sepenuh keikhlasan,kepada Ibunya tersayang itu.Hampir tidak ada waktu berpisah dengan Ibu itu,seluruh jasad dan hatinya dipersembahkan kepada Ibunya,kalau Ibunya tertidur dia tidur juga di sisi ranjang Ibunya.Sempat berbisik lembut kepadaku Ibu itu : Nak Kiai,anakku ini cintanya kepadaku sedemikian tulus,dengannya aku merasakan kehadiran cinta Gusti Allah,aku menjadi saksi bahwa dialah anak yang sepantasnya memperoleh surga di sisiNya.Aku menangis mendengarnya,aku menangis malu : bisakah diriku semacam anak ini.Soal do'a,bukankah tidak ada do'a yang melebihi keramatnya dari do'a seorang Ibu.Ternyata yang semakin parah sakitnya itu,anak yang soleh ini,sehingga ia menjemput ajal disisi Ibunya ini,dia telah sempurna melaksanakan cinta.Ketika derai tangis dan airmata di rumah Ibu itu terjadi karena meningalnya anak perjaka tua,selang sepuluh menit berikutnya Ibunya itu tidak menangis,dengan sesungging senyum dibibir tuanya : Ibu itu menyusul anak cinta itu,meninggal juga.Rumah ini bagai khotbah kepada manusia,khotbah cinta,semua pelayat mulutnya terkatup,andai bicara banyak yang mengeluarkan airmata.Rata-rata aku lihat semua tertunduk malu--termasuk aku--yang didera dan digedor hatinya bisakah aku seperti anak perjaka tua itu,aku malu,aku malu,aku malu!!!!!!!....Kawan-kawan,prosesi pemakaman sedemikian melimpah,satu rumah meninggal bersamaan,dunia mana hal ini bisa terjadi kalau bukan saat musibah besar melanda.Aku merasa tidak hanya pelayat yang melimpah tetapi para malaikat,ruh-ruh suci bahkan Alllah sendiri tersenyum menyaksikan peradaban agung saat itu.Ketika aku melihat penguburan beliau berdua berdampingan,lalu aku yang diminta menalkinnya,aku tidak kuasa menalkin dengan suara,aku menalkinnya dengan airmata terhadap sejoli cinta ini.........

Dzat Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,kalau manusia menyembah Tuhan yang diciptakan secara imajiner dan artifisial,karena setiap orang telah membangun semacam bentuk imajiner dalam pikirannya,yang dianggap sebagai Tuhan yang Mutlak.Pola keberagamaan ini menyembah bentuk Tuhan,meskipun sebenarnya Tuhan tersebut hanyalah sebuah produk artifisial pikiran manusia.Lihatlah pada ranah pergaulan,mereka--amat parah--menganggap orang-orang yang disebut menyembah berhala itu adalah sesat,mereka menuduh kafir dan pengikut setia paung-patung berhala.Nah,padahal kesalahan tersebut juga ada pada diri mereka sendiri sebab mereka juga menyembah berhala--imajiner itu.Keimanan ini tertuju hanya kepada berhala,maka keberagamaan ini tidak menyadari adanya Tuhan dari segala Tuhan--Kebaikan Yang Mutlak.Ranah ini bisa diklasifikasikan benere dewe,naik ke benere orang banyak karena ada perbedaan antara tuhan model tersebut dengan Tuhan dari semua Tuhan itu.Orang-orang yang mencapai Wajah Tuhan tetapi bukan dzat Tuhan adalah para penyembah berhala--buktinya kawan--siang malam bertarung dan berdebat dengan orang lain,orangnya fanatik buta dan tidak memiliki serta menentang sikap siapapun yang berbeda dengan mereka itu.Sedangkan orang-orang yang mencapai Wajah dan Dzat Tuhan,menyembah hanya kepada Tuhan Yang Esa itu,sebagai sorang muwahhid dan membebaskan diri dari penyembahan berhala,buktinya merekalah orang-orang yang menciptakan perdamaian dengan seluruh umat manusia dan membebaskan diri dari perselisihan dan pencelaan ide-ide orang lain.Dengan kata lain,bila seseoran belum mencapai pada tataran tersebut--akuilah saja--pandangan mencapai Wajah Tuhan itu menunjukkan ia masih politeis yang membuat sekutu untuk Tuhan ( yang disebut musyrik itu),meskipun pada dataran pengakuannya ia mengaku menyembah Tuhan.Orang ini disebut oleh Allah--dalam Qur'an--Dan mereka tidak menghormati Allah dengan semestinya.Allah dengan struktur khayalan pribadi inilah yang disebut tidak menghormati dengan semestinya,karena hal ini bagian dari mempertahankan pemujaan pada diri sendiri.Sesuatu yang dipahami melalui akal dan pandangan mata merupakan gambaran yang terbentuk oleh fantasi dan hayalan semata--yang subyektif--karena khayalan itu tunduk pada batas-batas rasio dan khayalan itu sendiri.Pada ujungnya,apa yang aku paparkan ini bagian dari proses mengajak pengejawantahan cinta pada dataran kenyataan atas dasar keyakinan Tuhan dari segala tuhan,dimana wujud nyatanya adalah mempersiapkan diri dengan sifat pengabdian,berprilaku sangat lapang dada, dan terbebas serta jauh dari segala kepentingan atau gangguan yang formal atau spiritual itu.Dengan demikian bisa diperjelas buktinya antara orang yang memandang Wajah Tuhan dengan Dzat Tuhan--bahasaku Dzat Cinta--terbaca dalam kenyataan,dimana bagi yang pertama masih mengedepankan pertengkaran yang kedua mengejawantahkan perdamaian abadi.Bagi yang merasakan Dzat Cinta,maka ia akan memuji apa pun yang essensinya baik dan yang menyebabkab kesempurnaan manusia.Biarkan dan relakan setiap agama dan umat memelihara ritual dan ibadah mereka masing-masing,karena sikap terpancing dan terikat pada kata-kata (Jawa,aran) dan ekspresi masing-masing agama adalah bentuk kekafiran juga.Jadinya--aku ingat dawuh Kanjeng Nai saw--kalau orang mengafirkan orang maka hakekatnya ia adalah orang kafir itu sendiri...Kawan-kawan,aku rindu pada suasana damai yang saling menyadari bahwa berbagai macam wujud tajjaliNya ini,ditampilkan dalam berbagai keyakinan umat manusia adalah seruling jiwa yang rindu akan kembali ke rumpun bambu itu--walau berbeda--sesunguhnya berdasar pada Cinta kepada Wujud yang Satu itu.........Punten Semuanya.....

Berhala Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,aku menghabiskan sebagian besar hidupku untuk merenungkan dan mengenang ilmu dan kehadiran Tuhan--cahaya Ketauhidan.Berkelana tidak ke Mesir,ke Yaman,ke Mekah,ke Medinah,ke New York,ke Amsterdam,ke Berlin,ke Cina dan kemana-mana,tetapi aku latih merenungkan dan mengenang sekaligus merasakan ketauhidan itu dengan cara mendatangi kuburan-kuburan,untuk merasakan dan menghadirkan ilmu ketiadaan--bukan meminta sesuatu seperti yang banyak orang tuduhkan itu.Aku tidak peduli siang apa malam,hari berganti minggu,minggu berganti bulan,bulan berganti tahun,desa apa kota,gelap apa terang,sehat apa sakit,pahit apa manis,dipuji apa dihina,jauh apa dekat,berat apa ringan,sendiri apa berkawan dan seterusnya.Begitu banyak aku baca tulisan yang menakjubkan,mengungkapkan perkataan-perkataan yang indah dan memikat,wujudnya buku-buku serta kitab-kitab dari yang ringan sampai yang berat-berat.Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu sedikit pun menikmati suguhan-suguhan Allah itu,termasuk menikmati buku-buku dan kitab-kitab agama lain,termasuk aliran-aliran apa saja.Pada kesimpuanku,apa yang aku nikmati semua ini--tentu dengan susah payah--merupakan tadarrus kehidupan,dengan dasar bahwa tulisan apa saja itu bersumber dari dari bahasa kalbu,bukan di tempat manapun.Aku cari maknanya semua ini dalam kalbuku,aku selami setiap pertanyaan dan panggilan,aku ketuk pintu pada diriku tanpa mengabaikan bilangan pintu-pintu karena setiap keberadaan ini pintu menuju Tuhan,Allah swt.Dasarnya sederhana namun sarat makna : Sesunguhnya--firman Tuhan--semua yang ada bertasbih kepadaNya.Kalau manusia memandang Tuhan masih dalam dataran wujud--entah kasar atau halus--maka sebenarnya ia langsung menjadi berhala.Namun dalam ranah Jalan Cinta,semua berhala itu adalah isyarat dan tanda yang menyingkap Tuhan dalam Cinta dan Kesatuan.Inilah prinsipku yang melandasi bahwa setiap ikat pinggang kependetaan adalah kesetiaan melayani umat manusia dan alam semesta.Apa yang menjadi olok-olok manusia satu dengan yang lain--maaf,menurutku amat primitif--misalnya antara iman dan kekufuran,pujian dan hujatan itu pada Wujud,selalu abadi dan tetap,makanya apa yang orang bilang kemusyrikan dan Ketauhidan itu hanyalah Satu.Setiap orang muslim jangan merasa banggga dengan menghina keberadaan yang berbeda dalam keragaman semua ini,karena segala sesuatu yang berasal dari Wujud itu berubah dalam berbagai macam bentuk,maka satu dari keseluruhan bentuk tersebut berasal dari Ruh yang sama.Setiap orang yang berbeda dengan diriku--orang ada yang bilang kafir itu--janganlah berkecil hati karena aku pandang :kegairahan hasrat mencari yang misteri itu--dibalik berhala sekalipun atau bayang-bayang suram yang pernah dilihat orang--kemudian mewujud dalam kepasrahan ( bahasa arabnya Islam) itu lebih baik daripada orang yang bersimpuh di masjid tetapi membawa hawa sok suci itu.Kalau orang mau melihat berhala yang abstrak ini dalam dirinya,maka ia akan merasa jijik pada prilakunya yang suka menghina-hina saudaranya itu--dalam kesatuan persaudaraan sesama makhluk Tuhan.Lebih sederhananya kalau orang menyembah berhala kongkrit saja sedemikian melahirkan ketundukan hati,kenapa orang yang merasa sok suci--menyembah bayang-bayang suram itu--melahirkan kepongahan yang bisa diklasifikasikan Kanjeng Nabi saw sebagai orang gila yang hahiki ini.Aku sebut bayang-bayang suram karena siapapun yang membayangkan Tuhan secara demikian,ini menjelma menjadi berhala juga--secara abstrak--karena Dia tidak bisa di gambarkan dengan sesuatu (tan kinoyo opo-Jawa),Dia berada dibalik semua yang tergambarkan--kasarnya--Dia berada dibalik berhala ini semua.....Kawan-kawan,maafkanlah aku,atas kesederhaan pemikiranku,atas kebodohanku menangkap isyarat itu,atas kehinaanku yang rindu akan kesempurnaan adabNya,yang lemah atas keterseokan dalam perjalanan menujuNya,aku ngeri melihat pertentangan dan percekcokan itu,aku rindu akan Taman yang menghargai setiap ciptaanNya itu,bagiku Tuhan tanpa kesalahan,aku aksiomakan semua ini bagai akar dan cabang-cabangnya Iman,ini semua--maafkan aku--dari l-Qur'an itu : semua yang dicipta tidak ada kesia-siaan dan tidak ada kesalahan dalam ciptaan Tuhan.........Aku menangis dalam sunyi,atas kesaksian yang Indah ini.......

Diam Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,ada seorang tamu semangat bercerita tentang nasib dan penderitaan kemanusiaan,aku sangat suka karena melahirkan tingkat kekhudhuran hati yang ujungnya meneteskan empati,lalu aksi mengatasi.Pada saat berbicara tentang kegembiraan hati,aku suka karena akan memercikkan wewangian kepadaku,agar aku bisa meniru sebab percikan itu.Tetapi ketika berbicara bahwa hanya Allah yang ada di hatinya,ternyata ujungnya adalah mengedepankan supremasi dirinya,berbicara ruang dan waktu,aku bertanya-tanya : Allah yang mana itu,ternyata Allahnya,bukan Allah kita semua itu--yang sejati itu.Tuhan pun bertanya :apakah kamu melihat orang yang mengAllahkan hawa nafsunya?Inilah kekhawatiran Rumi,tahanlah nafas,isyaratkan telunjuk jarimu bila orang berbicara sesuatu,berbisiklah dengan :sssstt,agar pesona ilahiyah yang bagai burung indah hinggap di kepalamu tidak terbang meninggalkanmu. Inilah diam Cinta.Dahulu--kata Rumi--ketika semua makhluk diciptakan Allah,semua diberi kemampuan mengeluarkan suara.Ketika mereka mengeluarkan suara pertama kalinya,semua makhluk memuji dan mengagungkan Tuhan,kecuali keledai.Keledai hanya mau bersuara,jika lapar atau ingin memuaskan hawa nafsunya.Model orang yang katanya Allah bermahkota di hatinya--tamuku itu--aku pancing dengan bicara tentang kelaparan,tentang pengangguran,tentang krisis moral,tentang ketidak adilan,tentang hutan terbakar,tentang kebodohan,tentang krisis moneter,tentang gejolak dunia,tentang politik,dia tidak menunjukkan minat kepedulian.Tetapi begitu bicara tentang ambisi dan ego pribadinya,ia bagai keledai yang kelaparan itu,kata-katanya sudah tidak bisa dikendalikan,meluncur terus.Bicara benar yang sejati itu faktanya ada,yakni bicara hal-hal yang universal,turun sedikit bicara benarnya orang banyak itu bersifat kelompok,terakhir benarnya sendiri itu masuk ke ranah ego dan ambisi pribadi itu.Ketika kita jagong dengan mendialogkan urusan unuversal itu berarti juga memuji Tuhan sebagaimana diciptakan pertama kali itu,tetapi ketika kita bicara ego maka kebaikan yang terpercik pasti akan pergi.Jadi diam cinta itu tidak lantas tanpa kata-kata,kita tetep jagong tapi yang dibicarakan adalah pemikiran dan pemecahan atas problem-problem universal itu. Sementara yang diam itu tidak musti benar juga,manakala melihat penindasan berlangsung dalam kehidupan,tidak ada tindakan membebaskannya.Secara tauhid,membicarakan tentang ketercerabutan atas rahmatNya--dalam banyak jenis--itu berarti memuji kepadaNya,karena mana alam semesta ini yang tidak mengabarkan tentang Dia.Tetapi begitu masuk ke dalam ranah ego,maka kita akan melupakan banyak tanggungan yang menjadi sarana mengagungkan Tuhan itu,dalam bentuk tindakan nyata.Lihatlah ketika ketika gaji tidak dinaiikkan mereka geger,begitu dikabulkan kembali sunyi,sementara banyak orang miskin menangis dalam sunyi.Lihatlah singa-singa mimbar itu,bersuara keras,sangat vokal, dan sangat kritis--biasanya disebut garis keras--kemudian suaranya hilang ketika sudah memperoleh sesuatu yang diharapkan :menduduki jabatan orang-orang dulu yang dikecamnya itu.Rupanya suara kerasnya itu,banyak omongnya itu bukan pemecahan masalah yang universal--padahal cinta itu universal--tetapi suara kerasnya itu hanya suara keledai.Suara yang keluar karena lapar itu.........kawan-kawan,memang diam adalah tanda orang yang memperoleh hikmah,tetapi bagi yang bicara dalam mencari solusi universal itu bisa disebut memuji Tuhan,ini bentuk diam yang lain,bukan seperti keledai itu........

Ingat Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,ingat itu bahasa arabnya dzikir,dzikir dalam agama sebagai perbuatan ibadah,dimana puncaknya itu tercapainya kedudukan atau maqam dimana dzikir dan kesadaran tiba-tiba muncul melalui pertolongan Allah yang disertai kehebatan dan keberkahan dzikir itu sendiri,sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Qudsi itu : HambaKu senantiasa mendekatiKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.Jika Aku telah mencitainya maka Aku menjadi telingaja yang dengannya ia mendengar,menjadi matanya yang dengannya ia melihat,dan menjadi tangannya yang dengannya ia mengambil,dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.Seandainya ia meminta kepadaKu,tentu Aku akan meberinya,dan seandainya ia meminta perlindungan kepadaku,tentu Aku akan memberikannya.Kalau ini ternyata belum bisa dicapai,maka boleh jadi kita akan menapaki dzikir sebelumnya,yakni dzikir yang dapat menggambarkan keadaan batin,dimana rasa takut dan kesadaran akan Allah (taqwa) dan amalam dzikir menguasahi si pencari yang sedang menempuh Jalan,sehingga ia benar-benar berpisah perhatiannya dengan dunia.Bila ternyata tingkatan ini belum bisa kita tanjaki,maka bisa dilakukan dengan dzikir sebelumnya lagi,yakni menyebut secara berulang-ulang nama Allah,atau yang lebih dikenal wirid.Amalan ini bisa dilakukan dengan niat yang ikhlas,sadar, dan konsentrasi penuh--biasanya dibimbing oleh pemandu atau guru itu.Kalau ternyata hal ini masih berat juga dilakukan,maka kita akan selalu mengingat Allah dalam setiap saat,ketika sedang terjaga,dalam kehidupan seseorang.Dalam level ini dzikir sebagai hakekat dari perjuangan melawan bisikan Iblis yang selalu berusaha memalingkan kita agar lalai dari mengingat Allah.Tingkatan ini dimaksudkan dan ditujukan agar setiap sat jiwa selalu dalam keadaan diridhoi Allah--misalnya : sabar ketika menderita,bersyukur ketika memperoleh kebaikan,menyesali perbuatan yang salah,dan memiliki harapan untuk memperoleh ampunan.Keadaan ini akan meningkatkan iman ,dan meningkatkan kesadaran.Kesadaran bahwa Allah pada posisi sebagai kekasih,tentu sebagai kekasih pasti akan mengingat dan mengejar ridha Kekasih,dan dambaan kekasih hanyalah perjumpaan dengan Kekasih.Diingatnya Kekasih meningkat pada dipandangnya Kekasih dengan kedua mata hatinya,hati mengenal Kekasih dan melihatnya,bahagia kekasih bila dapat mendekati Kekasih,puncaknya tidak ingat apapun kecuali Kekasih.Inilah ingat Cinta,dimana Tuhan menjadi Pelaku dalam setiap ucapan dan perbuatan atas orang-orang yang Dia sucikan--pada umumnya orang menyebut fana atau lenyapnya diri.Dia berbicara melalui orang-orang yang Dia sucikan itu,mereka semua abadi ingatnya kepad a Allah.Adalagi orang yang ingat kepada Allah dengan lisannya tetapi hatinya lalai,ada orang yang ingat kepada Allah dengan lisannya yang disertai kehadiran hatinya itu--walau dzikirnya mencari-cari pahala--hal ini masih bisa dibenarkan.Adalagi orang ingat ke Allah dengan hatinya--tidak sekedar lesan dan hadirnya hati.Orang semacam ini hatinya dipenuhi dengan Allah,dan lisannya tidak mengucapkan apap pun.Lisannya telah memasuki sirr,hatinya yang berada dalam rahasia Cinta,Cinta itu dalam rahasia Cahaya,dan pandangan seperti ini merupakan hal yang tidak bisa digambarkan--inilah misteri itu--kecuali pandangan langsung.......Kawan-kawan semua Nabi dan Rasul menyeru kepada manusia supaya mengingat dan mengucapkan Allah.Orang yang hanya mendengarkannya dengan telinga saja,lafal itu akan keluar melalui telinga lainnya,orang yang mendengarnya dengan hatinya,maka lafal itu akan menghujam dalam hatinya,lalu meningkat--dengan cara diulang--sampai pada terbebasnya dari bunyi dan huruf,lalu menjadi asyik di dalamnya sehingga mereka tidak lagi sadar akan keberadaan dirinya........Ingatanku yang mana ini,Wahai Kekasih...

Musik Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,aku sangat mendukung musik dan tarian sebagai salah satu metode untuk melatih spiritual.Seandainya ada larangan musik--setahuku--itu tidak mengikat,artinya banyak ahli fikih yang secara spesifik meperbolehkan musik bagi orang-orang yang memiliki cukup kekuatan untuk mengendalikan diri.Kalau ada yang melarang itu hanya semacam kekhawatiran kalau musik hanya dinikmati secara indera yang lepas kontrol--mengumbar syahwat.Tetapi kalau musik dinikmati dengan hening,dalam kondisi fokus (khusyu') dan jauh dari keadaan yang tidak menyenangkan--misalnya dalam keadaan tidak lapar,sakit,atau jiwa yang ragu--musik dapat mempengaruhi bertambah kuatnya memahami keindahan Ilahi robbi.Inilah yang bisa kita sebut Musik Cinta,karena apa saja sebenarnya di semesta ini bisa menjadi isyarat jiwa dan perantara jiwa untuk memahami keindahan Ilahi itu.Efek ini bisa menjadi tambah kuat melalui bentuk tarian,karena gerakan tubuh yang berulang-ulang--khususnya yang memutar-mutar itu--bisa menyerupai gerakan putaran semesta,pengaruhnya terhadap tubuh dan jiwa bisa naik ke awang-awang--bagai mi'raj itu.Hal ini bisa terjadi karena keindahan dari benda-benda duniawi selaras dengan keindahan Ilahi,karena keindahan dan keadilan di alam ini,merefleksikan ketauhidan Tuhan,Allah itu.Karena itu tidak aneh kalau orang melihat wajah yang rupawan,bau parfum yang sangat wangi,dan suara indah dan merdu dapat mendorong seseorang untuk mempersepsikan keindahan Tuhan dan dengan cara demikian akan menjadikan manusia terbebas melampaui pembatas-pembatas jiwanya.Gambaran ini sama dengan ayat-ayat yang disampaikan para Nabi yang tiada bandingannya untuk membangkitkan gairah imajinasi dari orang-orang yang--maaf--bebal.Bila demikian,dari melampaui batas-batas jiwanya itu orang dapat terbebas dari dominasinya dan beralih pada kepatuhan dan keyakinan atau iman itu.Coba dengarkanlah orkrestanya Bitoven,orkrastanya Ummi Kultsum,orkrastanya Kiai Kanjeng Cak Nun itu,atau apa saja musik kesukaanmu,maka di situ kita akan merasakan keagungan Tuhan dengan keadaan yang sesuai penggapaian jiwa terhadap keindahan Ilahi itu.Andai seburuk apapun musik--aku terharu--bagi Gus Mik melihat bahwa musik sedemikian saja dan dengan tarian yang sensual itu,tetap menjadi tanda-tanda (jelas memberhala--maaf),dan dido'akan : Ya Allah,orang-orang ini melihat dan mendengar demikian saja sudah mabuk kepayang,bimbinglah hatinya untuk menanjak memandangMu,tentu mereka akan mengalami jutaan kali kemabukan atas pasona keindahan MU itu.Sebagaimana Rumi,yang mendengar ketukan tukang pande besi yang demikian saja,ditelinga orang pukulan besi itu berbunyi: dang,deng,dong,dang,deng,dong,tetapi di hati Rumi bunyi pukulan besi itu menjadi musik cinta : hu,hu,hu,hu,Dia,Dia,Dia,Dia.Dalam seribu kemabukan Rumi,menari bagai tarian semesta pada porosnya,sampai kakinya bisa terangkat satu meter dari atas tanah,bagai gasing itu.Dan sampai hari ini tidak ada satupun yang sudah belajar tari Darwis ini puluhan tahun,bisa menyamai Rumi menari itu,walau 4000 penari datang saat khulnya itu,tak satupun bisa..........Kawan-kawan,bagaimana diri kita kala mendengar musik alam : burung menyanyi,deru gelombang lautan,angin mendesir pada gesekan daun bambu,tetesan air hujan dari atas genting :tik,tik,tik,halilintar menggelegar,katak bernyanyi pada sepanjang malam hari,anjing mengonggong,ayam berkokok,kambing mengembik,singa mengaum,,adzan menggema,tarkhim membahana di fajar hari,Qur'an mengalun dari bibir qori'nya,gema shalawat dengan rancak rebananya,gitar dipetik,biola digesek,seruling ditiup,drum di pukul,mandolin dimainkan,siter dibunyika,gendang ditabuh,gamelan dialunkan,jangkrik berjingkrak dengan kidung semalam,sampai bunyi kentut dengan berbagai variasinya itu.Andai kita bayangkan dakam waktu yang bersamaan,bukanlah itu musik orkresta alam yang sangat indah,yang tak bisa ditiru oleh siapapun dan mengema agung dalam jeritan hati : hu,hu,hu,hu,hu,hu,Dia,Dua,Dia,Dia,Dia,Dia........Engkaupun menari dalam kemabukan ini,sebab mana yang tidak mengabarkan tentang Dia,bagai Rumi menari itu.......

Sabtu, 05 Juni 2010

Asongan Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,orang ini aku kenal di traffic light kota Wali Demak,aku kenal pekerjaannya,jualan kacang godok di bangjo itu.Dengan caping kropak,tubuh tegap dan hitam legam kulitnya,senyumnya yang ikhlas ia berjihad menjemput rejeki Allah.Siapapun bisa menemui dia di tempat itu,setiap hari kerjanya yang rutin itu untuk menyuapi anak istrinya dengan halalan mubarokan thayyiban.Saat mobilku berhenti di bangjo itu,aku membeli senyumnya yang bening itu dengan mengulurkan uang selembar lima ribuan,namun ia serahkan segepok kacang godok bungkusan plastik bening sambil uluk salam padaku,dan menyebut bungkusku--ini hadiah untuk pak Yai dan mohon berkahnya,katanya.Tentu aku amini sedalam hatiku,semoga Allah memberkahi orang sederhana namun rajin bekerja ini,sepertinya mengenalku.Ternyata benar adanya,pada saat aku mengisi pengajian di daerah kota Wali itu,aku disambutnya dengan senyum yang sama saat aku membeli kacang godoknya,malah memintaku untuk mampir di rumahnya karena lokasinya tidak jauh dari tempat pengajian itu.Kali ini, tentu lain penampilannya,peci putih,baju koko putih juga,sarung hitam,serban merah melintang di pundaknya.Dan memperkenalkan bahwa dia di pengajian itu sebagai penabuh rebana yang mendampingiku.Soal permintaanya untuk mampir itu aku iyakan,seperti biasanya usai pengajian aku buat melek2 dengan silaturrahmi kenalan-kenalan.Begitu usai pengajian dan ramah-tamah,aku pamit dan dipandunya menuju rumahnya.Betapa gembira dia begitu aku masuk rumah yang sederhana itu.Istrinya keluar dengan menyuguhkan kopi dan dua anaknya sudah bobok.Dengan semangat tukang asong ini bercerita,dan yang diceritakan ternyata dia simak apa yang pernah aku sampaikan tentang bekerja dengan cara keikhlasan,produknya akan menyenangkan hati manusia.Teori ini dia pakai dalam menabuh rebana dengan ikhlas,ternyata tidak sekedar menyenangkan hati banyak orang,tetapi Rasulullah sendiri berkenan.Saat dia menabuh rebana pada suatu acara,demikian lama kasidah-kasidah itu didendangkan,yang ia tatap bukan rebana tetapi Rasulullah berkenan itu.Dia menabuh rebana sambil memejamkan mata,tidak tahunya ada seorang yang melihat tangannya berdarah-darah,namun tukang asongan itu sendiri tidak merasa pendarahan itu,ia asyik dan larut dalam menatap Rasulullah saw.Begitu usai acara,katanya,seseorang yang melihat pendarahan tangannya itulah yang menghadiainya bisa menunaikan ibadah haji,dan tentu yang menjadikan dia bisa berziarah ke pusara kekasih Allah itu,Rasulullah saw,Nabi yang membawa agama cinta itu,,,Kawan,aku mendengar dan melihat,airmatanya mengucur deras,tapi bibirnya mengguratkan senyum,,,Aku pamit menjelang Shubuh,dan membawa oleh2,senyumnya yang bening,sama beningnya saat aku lihat di bangjo itu,,,

Jumat, 04 Juni 2010

Do'a Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta, ketika aku berdo'a untukmu semua terasa olehku, aku meniti puncak seluruh ibadahku, karena Kanjeng Nabi menyatakan seperti itu : do'a itu inti atau otaknya ibadah. Dalam ranah Tauhid bisa dilihat peristiwa Ibrahim tidak mau berdo'a, beliau menyatakan : Dia tahu akan diriku. Tetapi Kanjeng Nabi sendiri itu orang yang abadi dalam permohonan kepadaNya (langgeng penyuwune dateng Gusti). Aku menyadari, sesuatu telah tertulis dalam takdir abadi, namun dalam hubungan kekasih dengan Kekasih, do'a melahirkan kemesraan kepadaNya yang luar biasa, aku sedemikian manja dalam keintiman itu. Aku merasa dalam do'a itu bagian dari dambaan perjumpaan, dibalik kelelahan larinya hatiku kepadaNya. Aku pandang Dia dengan mata hatiku, bahagia sekali : mengejar, mengenal, melihat dan mendekat kepadaNYa. Aku pada posisi itu tidak melihat siapapun, kecuali Dia. Pada detik yang sama, sepertinya Dia menunjukkan semua milikNya, seraya memerintahkan : sapalah semuanya tidak sekedar kata tetapi dengan sepenuh hati melayani. Do'a dalam ranah kongkrit bisa berwujud krenteg atau bahasa, namun dalam ranah abstrak : bergelepotan dengan pelayanan--karena Dia itu. Do'a seperti ini aku pahami dengan resiko : hilangnya diriku, aku tidak ada. Ya, kalau boleh aku menjerit, memekik : aku tidak ada!!! Kesadaran ini menjadikan tenaga tak bertepi, melintasi ruang dan waktu. Begitu melihat semua milkNya, ada dua suasana : suka dan duka. Bagi yang dirundung suka dalam bentuk apa saja aku ikut merasakan bahagia, aku tersenyum sampai meneterskan air mata--kebahagiaan tiada tara. Namun bagi yang sedang--malah kadang2--dirundung duka cita, aku larut dalam tangis mereka dengan merasa tidak tega, yang aku usahakan bagaimana cara membebaskan derita itu. Sekiranya aku dapat mati demi semua umat manusia sehingga aku tidak perlu lagi menunggu kematian. Sekiranya saja aku dapat membasuh semua dosa manusia, sehinga di Hari Pembalasan mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Sekiranya saja aku dapat menanggung penderitaan hidup semua manusia di dunia dan di akhirat nanti, sehingga mereka bahagia dan diselamatkan dari api neraka. Inilah jeritanku ketika aku berdo'a : sekiranya aku melimpahkan kepada hatiku, semua derita dan duka yang membebani hati-hati manusia, agar mereka terlepas dari kesedihan. Aku sebenarnya hanya menguasai sedikit dari sedikitnya ilmu, namun aku butuh untuk mengalami semua ini. Sehingga--ketahuilah kawan--dalam keintiman denganNya dalam alam benda ini tidak dapat aku usung, kecuali pada apapun aku benturkan diriku kepada pelayanan ini--menjadi Cahaya. Aku sambung bagi siapa saja yang memutuskan dengan diriku, aku sapa siapa saja yang mendiamkanku, aku maafkan kesalahan siapa saja sebelum meminta maaf kepadaku, aku singkirkan duri supaya tidak mengenahi kaki saudaraku, aku datangi walau mereka tidak mengundangnya, aku jenguk sakit mereka, aku, aku, aku, aku, aku. Aku berikan apa saja yang paling aku senangi kepada mereka, karena mereka dalam hidupku bukan orang lain, mereka semua milikNya, milikNya, milikNya. Tidak ada yang hilang dalam hidupku, karena aku tidak punya apa-apa, apalagi hakekatnya aku tidak ada itu. Kegigihanku ini toh hanya sementara waktu, ya hanya sementara waktu, sebagai obat rindu kawan, aku butuh kamu semua sebagai raja dalam hatiku, kesementaraan ini hanya lintasan pelayanan, kalau kawan semua tersenyum--aku lihat Dia tersenyum. Disinilah aku pada ujungnya menjadi pengemis profesional, aku mulai meminta-minta kepada Dia dengan do'a-do'a seperti itu, kata dan tindakan nyata. Do'a tidak lagi lidah dan hati, tetapi aku berusaha seluruh tubuh ini menjadi ungkapan do'a, kalau kita mau rukun bersama dengan tindakan kemuliaan kemanusiaan dan tidak tersekat oleh kepentingan ego, maka semesta ini menjadi ungkapan do'a melangit tak bertepi itu. Kalau pas aku tidak punya apa-apa, akan aku jual serbanku, akan aku jual jubahku, akan aku hutangkan dengan tanggunganku, akan aku gadaikan gelang kalung istriku......Kawan-kawan,ada yang bertanya kepadaku--termasuk anak istriku : apa maksudmu dengan semuanya ini? Aku menjawab dengan berbisik di telinga mereka : maafkan aku, lihatlah aku, jangan tanyakan tentangku.............

Bangkrut Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,kesalehan individual ternyata sagat-sangat menghawatirkan sebelum teruji dalam kesalehan sosial.Kanjeng Nabi saw sendiri memakai parameter yang tidak kepalang tanggung : sebaik-baik manusia itu yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia.Lagi--dari beliau : Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang lebih ermanfaat bagi manusia,dan amalan yang lain dicintai oleh Allah adalah orang yang bisa bikin seneng saudaranya.Pada ujungnya agama diturunkan--lewat para kekasihNya--supaya memandu manusia dan membahagiakan manusia.Termasuk Qur'an sendiri diturunkan sebagai petunjuk buat manusia--hudan linnaas.Alam dicipta,ternyata dipersembahkan untuk memberi kenikmatan kepada manusia.Manusia disamping dicipta sebaik kejadian,dia mendapatkan tugas kekhalifahan di bumi ini,wakil Tuhan di bumi untuk memayu hayuning jagat (merawat alam).Dalam reposisi ini manusia harus menyerap ajaran-ajaran agama dalam kerangka memegahkan jiwanya,agar sedemikian telaten menghadapi tantangan-tantangan sejarah dunia.Apa yang terjadi ? Dalam banyak kasus justru agama dijadikan sarana untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya secara pribadi dan kelompoknya.Keadaan ini sudah disinyalir Kanjeng Nabi : Tahukah kamu orang yang angkrut itu ? Ada sahabat yang menjawab kala itu : orang yang berdagang tidak menghasilkan duit (dirham).Bukan--sahut Kanjeng Nabi--orang yan bangkrut adalah orang mati membawa pahala shalat,membawa pahala zakat dan membawa pahala puasa tetapi besok pada hari kiamat,pahala-pahala itu akan terkikis oleh dosa-dosa sosialnya.Orang mengira pahala-pahala ritual ini akan mengantarkan mereka ke sorga,namun kenyataan dalam timbangan nanti mereka pada ujungnya akan dilemparkan ke neraka.Antrean sedemikian panjang minta pengadilan di sisiNya : Ya Allah,orang ini pernah mengalirkan darahku,orang ini pernah menfitnahku,orang ini pernah mengkhianatku,orang ini pernah mengingkari janji kepadaku,orang ini pernah menipuku,orang ini pernah menuduhku,orang ini pernah mengambil hak-hakku,orang ini pernah,pernah,pernah,pernah.Setelah pahala ritual dihabiskan untuk menebus dosa sosial,sementra masih banyak antrean panjang pengaduan atas kedhaliman yang pernah dilakukan sepanjang hidupnya.Lihatlah kisah penjual ceendol di pematang sawah,tepatnya di bawah pohon randu,ibadahnya biasa-biasa saja,kehidupan rumah tangganya sangat-sangat sederhana.Pagi-pagi ketika sedang memulai jualan,datanglah Kiai kampungnya ingin membeli dengan cara memborong cendol pagi itu dengan alasan ada tamu rombongan dari kota,kalau mau dikasih teh botol sudah kebiasaan kota,maka spesial akan disuguhi cendol itu.Kiai ini kaget ketika ditolak kalau membeli seluruhnya,kalau sedikit boleh--diborong jangan.Kiai ini--dengan seluruh keilmuannya dan ibadahnya--tidak habis mengerti kepada penjual cendol itu,mustinya kalau beliau borong penjual cendol ini tidak usah seharian seperti biasanya.ternyata alasan ketidakbolehan itu sangat menakjubkan di hati Kiai : Punten Kiai,bukannya aku tidak taat kepada panjenengan (anda),sekali lagi maafkanlah aku,kalau cendol ini Pak Kiai borong maka aku akan membikin banyak orang kecewa karena cendolku ini konsumsi bagi mereka para pekerja di sawah itu........Kawan-kawan,Kiai kampung itu membeli sedikit terus ngeloyor pulang,beliau tidak menemui tamu dulu,namun langsung masuk kamar menyungkurkan kepalanya ke sajadah untuk sujud syukur dengan derai airmata : Ya Allah,pagi ini Engkau tunjukkan orang kecil yang berjiwa besar,dia tak silau rejeki nomplok dariku,namun kemesraan hidup itu yang disetiai,sementara keilmuan dan ibadahku belum memercik kesadaran sampai kesana,ampuni aku,kalau Engkau tidak mengampuni aku,sungguh aku akan menjedi orang yang bangkrut itu........

Depak Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,dalam menyeru kepada Tuhan,aku selalu menekankan untuk tidak memandang diriku.Siapa pun yang mengarah kepada ketergantungan kepadaku--apalagi sampai taraf menyembahan--termasuk kepada orang lain,pasti aku akan lari menghindar--soalnya aku sendiri merasa tidak ada.Aku matikan diriku sebelum kematian yang ditakuti banyak orang itu.Hal ini sudah ada pelatihannya,yakni manakala aku tidur itu.Kanjeng Nabi mengabarkan : Tidur itu saudaranya mati.Kenyataannya demikian,seluruh komponen jasadiyah mati : mata,telinga,hidung dan sebagainya tidak berfungsi.Pada sisi yang lain beliau juga menyatakan : Matilah kamu sebelum mati.Tetapi dalam tidur Ruh itu wujud,dengan bukti bisa memandang peristiwa dalam mimpi.Membebaskan diri dalam penyembahan-penyembahan selain Dia itu amat sangat sulitnya,yang paling mudah adalah menarik orang lain kepada diri itu demi tujuan pribadi atau pamer keajaiban dalam rangka--maaf--menambah penghasilan penghidupan untuk diri mereka sendiri--termasuk bisa dikenal dunia itu.Pada posisi ini,aku merelakan kecaman,hinaan,olok-olokan--walau aku tidak melihat--mereka menyilangkan telunjuk di dahinya ( yang menghitam karena sujud) : Kiai Budi itu edan (gila),termasuk sms terakhir pada saat aku mengisi pengajian di Ceweng Bojonegoro,kiai Budi itu kiai Celeng.Mereka--yang aku rengkuh sebagai saudara dalam ranah Tauhid--mengatakan prilakuku bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.Aku menikmati musik,karena menurutnya merangsang nafsu.Aku sering bersama-sama orang yang non Muslim--misalnya mendatangi acara kebersamaan di gereja Pringgading itu.Aku dikira merusak citra Kiai,bahkan citra Islam.Semua dinilai mendakwahkan keburukan,alasannya setiap Muslim harus menjadi saksi dihadapan manusia tentang kebenaran Islam.Aku rela atas semuanya ini,karena apa yang mereka katakan adalah benar adanya--menurut mata mereka.Aku melihatnya agak lain,pada saat orang nampak kelebihannya dalam tataran tertentu,orang lalu memuliakannya,menjadikan panutannya,dan menyebarkan kemuliaannya--dikenal dunia,menjadi bintang.ternyata orang semacam ini bisa lupa kepada aibnya sendiri.Ancaman terbesar muncul dalam dirinya,hidupnya akan terpengaruh oleh penilaian banyak orang itu.Kerelaanku dihina,diremehkan,diperolok itu sederhana : aku merasa banyak kekurangan yang ada di dalam diriku ini.Orang banyak yang mengecam semacam itu dalam ranah yang ia lihat secara lahir,sementara aku sendiri mengecam apa yang aku ketahui di batin aku sendiri.Sekarang,hidupku tidak sendiri : ada istri,ada anak-anak, termasuk anak-anak santri,ada saudara-saudara,ada teman-teman semua.Langkah awalku untuk mengucurkan misteri ini,tentu kepada anak-anakku.Rumah Cinta ini bisa disebut lintasan mereka semua--termasuk aku--dimana mereka aku latih sejak dini hatinya tercurah kepada Dia semata.Istilah kasarnya anak-anakku--maafkan aku Nak--aku depak dengan depak Cinta.Sejak anakku masih usia TK,empat sekaligus aku pesantrenkan di Al-Husein Krakitan Magelang,selama tiga tahun.Pernah aku dan istriku menjenguk dibalik jeruji asrama mereka,aku lihat mereka berjalan sambil sarungan dengan terseok,aku bersalaman dengan mereka dibalik jeruji itu,aku lihat sekujur tubuh mereka kena gudik (borok),mereka tetap tersenyum semuanya,air mataku meleleh bahagia : kuatkah nak engkau di sini? Mereka mengangguk sambil tersenyum.Selepas di Krakitan aku depak lagi ke Al-Asy'ari Ceweng itu sebanyak lima sekaligus,ada yang aku depak ke pesantren Kudus dua anak.Saat liburan,aku pernah didamprat sama anaku,sambil dia menangis meraung-raung karena aku tidak membangunkannya untuk sembahyang malam : maafkan aku Nak--aku merajuk--maafkan aku.Sampai pada istriku,kalau memang dia merasakan ketidak relaan dalam perjalanan hidupku,aku persilahkan untuk menggugat,atau mendepak diriku atas ketidakberesan hidupku.......Kawan-kawan,istriku lantas memegang tanganku seraya mengatakan : tidak mas,aku ikuti perjalanan bersama ini,menuju Allah bersamamu dan anak-anak ini.Lagi-lagi aku menagis bahagia seraya mengecup bibirnya,serasa mengecup bibirNya...........

Kamis, 03 Juni 2010

Gila Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,aku di kampung sering disetori orang gila,bagiku karena dunia seluas ini disana-sana orang tidak menerima,bagaimana aku berani menolak.Biasa kalau ada drop-dropan seperti ini, aku menyuruh santri untuk memotong rambutnya yang jembel,lalu memandikannya,mengganti pakaiannya,terakhir memberi makan minum kepadanya.Ternyata nurut juga,dan kelihatan keren.Pada pengajian Ahad pagi,dia aku ajak untuk duduk di sisiku,dengan diam seribu bahasa tetapi sorot matanya menyiratkan pandangan yang tajam,memandang orang orang mengaji itu.Kadang-kadang bibirnya komat-kamit,sepertinya akan mengucapkan yang sama bershalawat dengan para jama'ah itu.Begitu giliran saya memberi sesuluh (nasehat),langsung saja aku mengatakan : Sedulur semua,pagi ini aku bahagia atas kesehatanmu semua ( jama'ah mengamini bersama),di sisiku ini pada umumnya orang mengatakan gila ( sambil aku elus pungungnya),tetapi bagi Kanjeng Nabi saw orang semacam ini bukan gila,ia sedang mendapat musibah.Bahkan ada yang disebut benar-benar gila oleh Kanjeng Nabi saw,yakni orang yang berjalan dengan sombong,yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan,yang membusungkan dada,berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat kepadaNya,yang kejelekannya membuat orang tidak aman dan kebaikannya tidak pernah diharapkan.Inilah orang gila yang sebenarnya.Adapun orang ini,dia hanya sedang mendapat musibah saja.Sedulur semua --aku lanjut bertutur--majnun itu bahasa arab yang maknanya orang gila,berasal dari akar kata jannat,artinya yang menutupi.Jadi majnun atau orang gila itu masih mempunyai akal,tetapi akalnya itu tidak dapat menerangi perilakunya.Akalnya sudah dikuasahi hawa nafsunya.Oleh sebab itulah Kanjeng Nabi saw menyebut orang takabur itu sebagai majnun (gila).Biasanya orang gila semacam ini,dia sakit karena tidak sanggup menanggung derita.Keanehan perilakunya ini adalah bentuk pelarian dari kenyataan yang sangat-sangat sulit : kalah dalam pilihan kepemimpinan,putus pacar,dikhianati sahabat,kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya.Berarti orang ini orang yang sedang remuk redam hatinya,kita harus mencintainya,apalagi Allah sendiri menyatakan bahwa: carilah Aku di tengah-tengah orang yang sedang hancur hatinya.Orang gila semacam ini berarti kegilaan yang harus kita cintai,karena dia baru kena musibah itu,ladang pahala.Tetapi ada kegilaan yang juga harus kita jauhi,sebagaimana yang disebutkan Kanjeng Nabi saw tersebut,yakni takabur.Mereka tidak ingat asal kejadiannya,sehingga kedudukan,keturunan dan kekayaan termasuk kecerdasan menjadi tirai yang menyelubungi dirinya.Disamping itu saudara semua,takabur yang lain adalah meninggalkan kebenaran dan mengambil selain kebenaran.Banyak orang yang memandang kehormatannya tidak sama dengan kehormatan dirinya,ini juga gila.Meremehkan kebenaran yang disampaikan orang dibawahnya juga wujud orang gila,termasuk meremehkan kebenaran yang disampaikan anak istri--itupun gila.Tidak mau mendengarkan pembicaraan kelompok lain karena fahamnya beda,bahkan menganggab sesat dan bid'ah,sementara dirinya yang paling bena,ini juga orang gila.Merasa diri orang besar atau merasa dekat dengan orang besar lalu ingin diperlakukan istimewa,termasuk dalam kekebalan hukum,inipun bentuk orang gila.Merasa lebih berilmu,lalu mengecam orang bodoh dengan sebutan yang meremehkan,ini juga warna lain dari gila.Saling memperolok antar orang alim dalam agama,mengkapling sorga bagi kelompoknya,membatalkan ibadah kelompok lain,membanggakan ibadah,membanggakan bacaan Qu'an,membanggakan haji dan umrahnya,membanggakan puasanya,membanggakan shalatnya,membanggakan kekayaannya,membanggakan keturunannya,membanggakan kekuasaannya,membanggakan pakaiannya,membanggakan jenggotnya,membanggakan tanda sujudnya,semua ini bentuk-bentuk orang gila.......Kawan-kawan,ternyata dibalik diamnya itu,orang yang aku sebut mendapat musibah itu bilang : aku dudu wong edan kok (aku ukan orang gila kok).Meledaklah tawa ria pada hadirin,sementara direlung hatiku ada suara sunyi : berarti kamu sendiri juga mengalami pasang surut kegilaan....aku satunya lagi ,menyadari :yayaya!

Rindu Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,malam ini malam Jum'at yang memiliki keutamaan bershalawat Nabi saw.Yang aku maksudkan tidak hanya sekedar berkidung cinta dengan lidah saja,tetapi bershalawat dengan hati,yang rindu menderu itu--bagai Uweys Al-Qorni.Kerinduan ini cara mengalaminya melalui tataran yang tidak sederhana,tetapi harus melewati tahapan penampakan lahiriah,kemudian melampaui ranah pandangan yang sensual,baru merasakan tatapan kerinduan--kepada Kanjeng Nabi itu.Pada penampakan lahiriah,kita hanya berhenti pada hal-hal yang material : busananya,banyak menyebut namanya,berziarah ke makamnya--ringkasnya--kita cinta kepada Kanjeng Nabi saw karena terpesona pada bentuk-bentuk luarnya.Cara mencinta seperti ini akan menjadi selubung kepekaan pada stimulus ruhaniah,kita akan menjadi tidak bijak dalam menangkap isyarat-isyrat halus yang harus diungkap.Misalnya,Kanjeng Nabi mencintai tiga perkara : perempuan,parfum,dan shalat.Lalu kita menyibukkan diri dalam pernikahan badani,keharuman tubuh,dan pernik-pernik fiqih dalam shalat.Padahal ketiga perkara itu mengungkapkan secara simbolis pengalaman ruhaniah yang agung.Sama halnya dengan kita--secara lisan bersholawat--seolah-olah sudah menunjukkan cinta secara penuh kepada beliau,umurnya lalu dihabiskan dalam seremonial berkidung shalawat,ke mana-mana.Kemudian pandangan sensual,dimana kita mencintai Nabi saw dengan membayangkan ketampanan wajahnya,sebagai tahapan tanjakan sebenarnya tidak salah tetapi cinta seperti ini akan mandeg dengan bentuk keinginan memiliki,menuntut,merengek,mendesak,mengambil--bukan memberi.Betapapun rendahnya,cinta model ini akan menjauhkan kita sejengkal dari ego kita.Lumayan,sudah memberikan kehangatan hidup,kerinduan,dan keinginan bergabung dan bersama.Citra cinta ini akan mengantarkan kepada cinta yang lebih tinggi tingkatannya,karena cintanya akan tumbuh menjadi persahabatan yang mendalam.Me-Muhammadkan aku,mengkitakan aku,mengkamikan aku.Cinta seperti ini akan menunjukkan bukti,tidak menuntut tetapi berbagi.Bentuknya akan jelas,bahwa cinta seperti ini ditandai dengan perhatian yang aktif--tanpa banyak kata--pada orang yang kita cintai : Kanjeng Nabi saw itu.Kita ingin diterima di sisinya,kedambaan untuk memberikan segalanya tanpa syarat pada sang kekasih--bagai Ibunda Siti Khadijah itu.Bukan seperti Siti Zulaikha,yang hanya menggait baju Nabi Yusuf--sampai robek itu,lalu melahirkan fitnah sampai terpenjaranya beliau.Cinta kerinduan ini adalah cinta spiritual,yang jauh menyelam dari dataran badaniah (alam kadagingan) ke kedalaman ruhaniah.Model cinta seperti ini kita mencari hati dan meninggalkan daging dan tulang.Mencintai Kanjeng Nabi saw yang kita bayangkan bukan sekedar citra fisiknya,tetapi kagungan akhlaknya---yaa kariimal akhlak.Membayangkan akhlak kanjeng Nabi saw,bisa dimulai mengabungkan diri dengan orang-orang shaleh,syuhada',para Nabi,dan orang-orang yang benar--lalu Kanjeng Nabi saw itu.Melihat kesalehan orang tua,guru-guru,Kiai-kiai,dan salafussaleh saja sudah sedemikian bergetar hati kita,lalu terbayang akan keagungan akhlak Kanjeng Nabi saw itu.Manusia yang membasahi janggutnya--bukan sekedar jenggot--dengan air matanya karena memikirkan derita umat sepeninggalnya,yang merebahkan dirinya di atas tanah dan tidak mengangkatnya sebelum Allah mengizinkannya untuk memberikan syafaat kepada umatnya,yang berlumuran dosa ini......Kawan-kawan,aku merasa pada posisi yang banyak dosa itu,aku merasa berkeinginan memiliki akhlak yang agung itu,yang sudah bertaburan pada orang-orang sholeh itu,aku merasa pada posisi yang ditolong itu,aku malu atas ketidak pengertianku ini,aku malu,aku malu,aku malu,aku malu,aku malu....Ya Rasullaaah !!!!

Setan Cinta

oleh : Kiai Budi
Sedulurku tercinta,aku pernah menerima tamu,seluruh kalimatnya mengesankan: tidak ada yang lebih utama dan lebih baik dari diriku.Aku ikuti dia,menuju masjid mengajak shalat berjama'ah,do'a-do'anya kuyup oleh airmata,usai shalat bagai Nabi kecil dia : menasehatiku banyak hal dengan dalil-dalil.Aku lihat,tanda-tanda bekas sujudnya yang nampak khusyuk itu,atsarissujud.Kemudian mengajakku tadarrus Al-Qur'an,dengan tartil.Aku terpesona melihat kesalehan orang ini,nampak kesalehannya dalam beribadat.Ibadah ritualnya sedemikian ketat,mereka lalu bergerombol saling memuji telah merasa mengajak shalat banyak orang,layaknya multilevel marketing.Aku melihat tokohnya mengatakan bahwa hanya kelompoknya yang paling benar,paling utama.Busananya mencerminkan busana Rasul,cara makannya cara Rasul,segala pernik tubuhnya mengesankan kebiasaan Rasul,semuanya disandarkan kepada beliau.Aku sendiri--untuk sementara--menghindari rokok,baginya haram.Aku pernah mau diajak sampai keluar negri,bergabung dengan kelompok yang mendunia,dengan halus aku tolak karena aku banyak acara kemasyarakatah di kampung.Aku mengajaknya,bagaimana kalau aku kerumahnya--silaturrahmi dengan keluarganya.Sepertinya--lewat sorot matanya--dia akan menolak,tetapi tidak berani,mana ada sesaleh itu menolak silaturrahmi.Begitu sampai rumahnya,aku merasa ada yang ganjil : anak-anaknya banyak tidak terurus,kebersihan--walau sederhana--tidak nampak sebagai wujud dalil-dalilnya yang disampaikan kepadaku,di masjid itu.Raut muka istrinya,menampakkan derita yang dibungkus dengan senyuman,kepasrahan yang terasa dipaksakan.Datanglah bakul kampung,yang--maaf--menagih utang yang menumpuk selama dia tinggal pergi--berbulan.Lahan di sekitar rumahnya aku lihat tidak terawat.Istrinya aku lihat,menyodorkan bayak kartu undangan yang sudah kelewat,undangan masyarakat sekitarnya,termasuk saudara-saudara dekatnya.Istrinya mengabarkan,kalau si fulan telah meninggal,bahkan saudara dari istrinya juga sudah meninggal,dibalik itu aku tahu sepertinya istrinya menggugat : dia tidak sempat melayat.Tetapi lelaki yang aku ikuti ini dengan tegas menjawab : semua aku serahkan kepada Allah,titik.Sebelum pulang,aku menyempatkan mohon maaaf,kalau boleh aku menyampaikan sesuatu kepadanya.Dia terlihat belingsatan,sepertinya sudah tidak butuh nasehat,tetapi tetap mengangguk sambil memelototiku dengan tajam.Saudaraku--aku mulai bicara--mohon maaf sebelumnya (nuwun sewu),orang seperti anda ini,kalau boleh aku memberitakan kepadamu : Kanjeng Nabi menyebut orang yang tampak diwajahmu sentuhan setan.Aku menemanimu ini keberanianku hanya menasehati,sebagaimana engkau menasehati aku di masjid itu,saling menasehati dalam cahaya--aku berbisik kepadanya.Cuma--aku berbisik lagi--aku tidak berani membunuhmu.Dia kaget setengah mati,tambah memelototiku : mengapa begini--hardiknya.Kedatanganku meminta ke rumah ini sebenarnya akan menjadi saksimu atas kesalehanmu : sholatmu nampak khusuk,bacaan al-Qur'ammu tartil,busanamu indah,haltemu dari masjid ke masjid,nasehatmu langsung mengambil dari Kanjeng Nabi tetapi--maafkan,aku berbisik--kecintaanmu kepada Allah ini belum kau wujudkan dalam kemesraan menemui umatNya di bumi,termasuk keluargamu dan masyarakatmu sekitarmu ini.Akhlakmu kepada Allah sangat bagus,tetapi belum kau turunkan berakhlak kepada sesama makhlukNya,termasuk keluargamu yang aku lihat sendiri.Ibadahmu dalam memelihara bentuk luar sangat indah,tetapi belum sampai kepada jantung hatimu.Ibadahmu mahdhah ini sebenarnya harus sampai pada membekas dalam kehidupan sosial dan dalam akhlak di tengah-tengan manusia.Boleh jadi--sepeti aku--tanda bekas sujudmu sujudku menjadi tanda-tanda sentuhan setan......Kawan-kawan,orang ini ambruk menyungkurkan kepalanya di lantai rumahnya,semua anak-anak dan istrinya juga menangis,teraakhir aku sampaikan : kang,Kanjeng Nabi menyatakan orang yang terlepas dari agama--dengan bukti tidak hadir mengatasi umat--seperti terlepasnya anak panah dari dari busurnya,sekiranya orang ini dibunuh,tidak seorang pun di antara umatku akan pecah.Orang ini tambah memekik,menjerit,gaung jeritannya menghantam juga,dihatiku.........

Tahapan Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,ketika dalam suatu pengajian di sebuah Pesantren,aku bertanya kepada para mustami' (pengunjung) : bisakah dirimu mencontoh Kanjeng Nabi saw,secara menyeluruh ? Lalu aku rinci,tentang Cinta Tuhannya,Ibadahnya,Mu'amalahnya,akhlaknya,tutur katanya,dan lain sebagainya.Serempak mereka menjawab : tidak bisa.Bisakah dirimu setara dengan keluarga Kanjeng Nabi saw ? Kompak mereka menjawab :tidak bisa.Bisakah dirimu seperti imanya para sahabat Kanjeng Nabi saw ? Mereka serempak menjawab : tidak bisa.Bisakah dirimu memiliki perjuangan seperti tabi'inttabi'in ? Mereka menjawab : tidak bisa. Mampukah dirimu mengimbangi ilmunya para Imam-Imam itu ? Mereka menjawab : tidak mampu.Bisakah dirimu mengimbangi atau menyamai para wali-wali (kekasih) Allah itu ? Mereka menjawab :tidak bisa.Bisakah dirimu mengimbangi perjuangannya ulama' yang amilin itu ? Mereka menjawab : tidak bisa.Bisakah dirimu mengenal Tuhan yang cahayanya berbagi di hatimu ? Mereka menjawab : tidak bisa.Lalu aku bacakan senandung syair,yang artinya : Ceritakan atau kisahkanlah sejarah orang-orang shaleh dan sifat-sifat baiknya,dengan menutur sejarah dan kisah itu,engkau akan terpercik wewangian mereka,ceritakanlah fadhilah-fadhilah mereka,engkau akan memperoleh keberkahannya,dan terhadap kubur mereka--ziarahlah--engkau akan mendapat keberuntungan dunia akhiratmu.Baru setelah ini aku uraikan tentang metodologi cinta kepada Tuhan,sebagaimana yang ditempuh oleh salafushshalihin itu.Beliau-beliau itu memiliki cinta ilahi melalui dua cara pada umumnya : 1) melalui daya tarik Ilahi (jazbah) dan 2)melalui pengembaraan dan kemajuan metodia di atas Jalan Suluk.Deengan daya trik,cinta Tuhan akan muncul secara langsung,tanpa perantara,sehingga orangnya akan melupakan segalanya kecuali Allah.Realitas ini tidak dapat diketahu oleh metode-metode logis atau rasional.Tuhan harus didekati melalui cinta,dan hanya melaui keagungan dan rahmat Ilahi intimasi bersamaNYa bisa dicapai.Sepanjang dirimu,masih dirimu sendiri,maka siapapun tidak bisa mengenal Tuhan.Selubung terbesar antara diri kita dan Tuhan adalah:dirimu itu.Hanya api cinta Ilahi yang dapat membakar egosentrisitas.Lebih-lebih,cinta Ilahi bisa muncul secara spontan,ia tidak dapat dipelajari melalui kajian.Sedangkan jalan kedua,yakni pengembaraan dan kemajuan metodis,dimana seseorang harus jatuh cinta pada guru spiritual,yang kemudian mengubah cinta ini menjadi cinta ilahi.Dari genggaman guru ini,di tangannya ada lentera,kemudian sang guru menghidupkan nyala lentera dengan nafas ruh sucinya,yang menyebabkan murid terbakar oleh cinta Ilahi.Dalam syair tadi disebutkan,akan terpercik wewangiannya,memperoleh keberkahannya.Pada ujungnya sama dengan metode yang pertama : murid akan menemukan sebuah harta karun di sebuah sudut hatinya,dan dalam harta itu telah tersingkap sebuah permata yang tak ternilai harganya,bernama Cinta.Setelah memperoleh magma Cinta ini,makanya yang namanya hati tidak hanya segumpal daging saja,cahaya cinta ini akan mewarnai segala sendi jasad dan hidupnya,sehingga seluruh tubuhnya menjadi hati,meluas seluruh semesta menjadi hati : apa saja mengantarkan pada wajah Tuhan...... Kawan-kawan,semesta selalu menanti orang-orang semacam itu,dan ia akan memperoleh belaian kasih sayangnya.Paling tidak diri kita memperoleh percikan dari tetesan samudra Cinta itu,atau percikan dari percikan tetesan samudra Cinta itu,atau percikan dari percikannya percikan tetesan samudra Cinta itu........

Kata Cinta

oleh: Kiai Budi

Sedulurku tercinta,kalau kita sadari bahwa tersinggung itu bagian dari tanda masih bercokolnya ego atau keberadaan diri.Hal ini menunjukkan bahwa sosok itu masih seseorang yang sadar akan identitas dirinya,lahirlah sikap kesal lalu melakukan perlawanan.Kalau itu dilakukan orang yang bertauhid,berarti menunjukkan keterpisahan dengan Tuhan.Bagi orang yang bertauhid (menyatu dengan Tuhan),maka ia akan pasrah diri kepadaNya dan berpuas diri dengan kehendak Tuhan.Karena akan ada efek negatifnya kalau tidak ridho,maka hakekatnya ia akan menjadi orang yang tidak percaya atas kemenyeluruhan kehendakNya itu.Bagi yang menapaki jalan Tauhid (kesatuan),apa pun penderitaan yang menimpa,atau apapun kehinaan yang ia terima,dia akan menganggapnya sebagai kado kiriman Tuhan.Pada wilayah lahiriyah,nampak sebagai penderitaan,namun dalam ranah batiniyah penderitaan akan melahirkan keterjagaan hati,ingat selalu denganNya.Aku percaya diantara kita pernah bahkan sering mengalami perlakuan buruk,namun semakin kita punya daya tahan akan perlakuan itu,maka kita akan semakin tidak egois.Aku pernah mengalami hal kecil yang bisa menjadi tanjakan dalam meruntuhkan ego itu.Ketika aku sedang berpidato di Pondok Pesantren Al-'Asy'ari Ceweng,tiba-tiba nyelonong sms di hapeku : Kiai Budi nDobol.Aku tahan rasa kesal dan amarahku,lalu aku jawab dengan singkat : maturnuwun.Muncul lagi sms : Maturnuwun-maturnuwun nDasmu. Aku nikmati kata kasar itu,aku balas lagi dengan kalimat kerendahan hati :Maturnuwun.Seketika muncul lagi sms susulan : Wong kakean doso,sesuk ra usah poso.Di atas keimananku,aku menanggung celaan itu,aku gembira dalam luka : maturnuwun.Penghinaan dengan sms itu sampai sebanyak 18 buah,dan 18 buah juga aku menjawab tanpa emosi :maturnuwun.Selebihnya,aku rela sedemikian rupa,tidak ada daya aku melakukan perlawanan atas perlakuan buruk itu.Dan aku tidak mau memburu siapa yang mengirim pelecehan ini.Aku merasa kafirlah kalau sampai tidak ridlo atas kado dari Tuhan ini.Menurutku,justru kiriman ini menjadi batu pijakan untuk semakin tangguh daya tahanku ketika menerima perlakuan sedemikian kasar.Aku olah dalam samudra cintaku kata-kata kasar itu : kalau kata-kata itu benar,berarti aku tambah bisa meningkatkan kebaikan lagi,namun ketika kata-kata itu tidak benar--biarlah keburukan itu berhenti kepada yang sms.Sampai sekarang aku tidak ingin tahu siapa pengirimnya,aku pun tidak mendongkol.Pernah aku akan dilantik menjadi anggota DPR di kota semarang--sudah ukur jaz--beberapa hari sebelum pelantikan,ada team yang datang ke rumah,meminta terus terang biar si fulan yang dilantik,tanpa beban aku serahkan semuanya dengan sedemikian entheng.Pernah,aku berkunjung mengisi pengajian di sebuah kampung,ada seorang yang lapor kepada santriku bahwa tokoh di sini pernah bilang : Kiai Budi itu bisa apa! Padahal aku mendengar kata-kata itu,kemudian santri mendekatiku dengan membisiki bahwa tokoh yang ada disebelahku ini pernah mengatakan : Kiai Budi itu bisa apa! Dalam gelombang samudra cintaku,kata-kata penghinaan ini aku olah menjadi kata-kata cinta : Oh,santriku kamu salah dengar,yang aku dengar dari pelapor itu adalah : Kiai Budi ilmunya berkah bisa apa saja.........Kawan-kawan,inilah seni kehidupan yang akan mengikis keegoan dengan palatihan-pelatihan semacam itu.Aku ceritakan ini semua bukan untuk riya',tetapi untuk cermin kita semua,sekelas anjing saja ketika diusir oleh tuannya,anjing itu pergi,ketika dipanggil tuannya lagi,dia datang,tanpa dendam,tanpa kemarahan,tanpa dendam...............

Rumah Cinta

oleh : KIai Budi

Sedulurku tercinta,ketika Cak Nun dan Kiai Kanjeng melayani masyarakat di dekat Pesantrenku,pada dini hari beliau dan rombongan Kiai Kanjeng menyempatkan mampir.Aku gelarkan tikar di aula Pesantren,semua duduk melingkar,bersama sedulur Gambang Syafaat Semarang.Aku merasakan Cak Nun mengamati suasana,kemudian bertanya kepada semua yang hadir : apakan temen-temen tahu mengapa Kiai Budi menata struktur bangunan sederhana ini? Semua mengamati bentuk sambil bersila,tetapi tidak ada yang komentar,lalu Cak Nun menjawabnya sendiri : rumah dan bangunan Pesantren ini nuansanya Rumah Cinta.Inilah sebenarnya titik momentum--yang diizinkan Allah--di mana aku sejak membaca puisi beliau judulnya Rumah Cinta,nuansannya aku sesuaikan dengan puisi beliau itu,ternyata yang memahkotai beliau sendiri--Rumah Cinta.Rumah dalam pandanganku ada dua,yakni rumah konkrit dan rumah abstrak.Rumah konkrit tentu bahannya terbuat dari batu,kayu dan lain sebagainya,serupa dengan tampilan rumah pada umumnya,tetapi bila direnungkan secara mendalam ternyata bangunan fisik pun memiliki makna penuh misteri.Halaman,beranda,ruang,pintu,jendela,kamar,atap serta wuwung (puncak rumah),semua memiliki makna yang mendalam.Sementara rumah abstrak membangunnya dengan cahaya,sehingga rumah tidak hanya sekedar untuk menghitung uang,kumpul suami istri dan sebagainya yang bersifat kebendaan,tetapi diisi dengan kegiatan yang bersifat kemesraan dalam pengabdian-pengabdian.Makanya Kanjeng Nabi saw menyarankan : cahayailah rumahmu dengan shalat dan bacaan Qur'an,hiasilah rumahmu dengan shalat dan bacaan Qur'an.Hal ini menunjukkan bahwa di rumah inilah penerangan,pencerahan,kedamaian,kerukunan dan kebahagiaan itu berasal.Dalam rumah cahaya,kita beri kebebasan atas kehadiran tanpa sekat-sekat perbedaan dengan cara memuliakan tamu-tamu itu.Di sinilah rumah akan nampak sebagai wajah kita,yang Cak Nun sebut Rumah Cinta itu.Ketika orang mengisi rumah dengan marah dan kebencian akan membentuk wajah suasana juga,yang berbeda dengan rumah yang diisi dengan kasih sayang dan cinta,serta saling memaafkan.Rumah Cinta ini aku hiasi juga dengan cahaya : tempat untuk mengaji,tempat bersujud sebagai puncak rasa syukur,bercengkrama dengan siapa saja dalam ranah silaturrahmi,tanpa batas sekat kehidupan :partainya apa,ormasnya apa,warga negara mana,sampai pada agamanya apa.Rumput aku beri ruang tumbuh sebagai taman,burung-burung berdatangan di atas pohon sebelah rumah bernyanyi tentang cinta,anak-anakku bersama anak-anak kampung bermain bersama,ada ikan-ikan kegirangan di kolam,bunga mekar di sudut ruang halaman menebar wangi,ada dentang musik orkresta menggema,istri tersenyum--senyum rahasia.Gambaran taman itu,merupakan taman hati juga,taman surgawi juga yang dihadirkan Tuhan di bumi.Gambaran yang lebih jelas tentu seperti yang ditulis Cak Nun dalam puisinya itu,Rumah Cinta.Sekarang aku persiapkan ruang-ruang penginapan sederhana untuk membaringkan kelelahan,bila kawan-kawan mampir ke Rumah Cinta ini,syukur dengan seluruh keluargamu,kan keluargaku juga........Kawan-kawan,aku songsong dalam kehadiranmu ke Rumah Cinta ini,selamat datang,ini bukan rumahku,tetapi rumahmu juga.Biar sampai aku tulis alamatnya lengkap : Rumah Cinta,Komplek Pondok Pesantren Al-Ishlah,Jl.Ngumpulsari I No.11 RT O2 RW IV Kelurahan Bulusan,Kecamatan Tembalang,Kota Semarang,Jawa Tengah,Indonesia.Nomor Hp : 08122570032,081390832007.Selamat datang,selamat datang,selamat datang : kami menunggumu.......

Susu Cinta

Oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,ada sebuah syair yang maknanya : wahai anak cucu Adam ingatlah ketika engkau dilahirkan dalam keadaan menangis sementara lingkunganmu tertawa,maka beramallah untuk dirimu,pada saat dimana orang datang dengan menangis di hari kematianmu,jiwamu tersenyum.Sepertinya kehidupan ini kalau begitu,diawali tangis dan ditutup dengan tangis.Sungguh--firman Tuhan--Aku ciptakan manusia itu serba ketemu ruwet.Ruwet jalan macet,ruwet anak-anak nakal,ruwet istri cerewet,ruwet suami silengkuh,ruwet kendaraan mogok,ruwet tubuh didera sakit,ruwet jadi pengangguran,ruwet barang-barang naik,ruwet telambat kereta,ruwet pesawat ditangguhkan,ruwet menagih hutang,ruwet membayar hutang,ruwet hukum tidak adil,ruwet pejabat korupsi,ruwet perbedaan faham,ruwet perpecahann parpol,ruwet,ruwet,ruwet,ruwet,ruwet.Keruwetan ini bisa dilacak,sumbernya adalah keinginan-keinginan kita,keinginan telah memperbudak manusia.Derita yang menyeret manusia tidak pernah sempat menyapa jiwanya--sangat sibuk katanya.Manusia menjadi terkapar dalam kebosanan,lunglai dalam menuruti dan mengatasi keinginannya itu.Manusia memiliki dua ujung--kata Kanjeng Nabi saw,ujung lidah dan ujung bawah.Ujung yang pertama membawa petualangan makan sehingga perutnya menjadi bak sampah,sementar ujung kedua membawa petualangan selera seksualitas,keinginan mengicipi semua perempuan dunia.Iblis pun melambai-lambai bisikannya pada dua tempat--maaf bukan salah perempuan lho,pertama payudara dan kedua pantatnya.Jadilah,mata lelaki kalau berpapasan dengan perempuan,yang dipelototi adalah payudaranya,sementara kalau perempuan itu sudah lewat yang dikomentari adalah bokongnya.Mengambil jarak dengan derita ini semua,sudah sangat susah,sangat susah.Akhirnya manusia menjadi lunglai,terhempas di kerak bumi ini.Dalam ketakberdayaan seperti inilah,Tuhan mengutus para kekasihNya,sebagai hidayah bagi manusia menuju kebahagiaan sejati,abadi.Sebenarnya juga merupakan derita,tetapi derita yang terasa manis,derita yang melahirkan kebahagiaan.Wujudnya adalah derita berpisah dengan keinginan itu,lalu biar Tuhan yang bicara melalui kita semua,itu namanya pasrah,bahasa arabnya Islam.Hai orang yang beriman--firman Tuhan,masuklah ke dalam kepasrahan.Cul! Lihatlah kepasrahan orang bekerja,tetapi demi senyum anak istrinya,akhirnya menyeret kalbunya pada senyum Tuhan.Saksikanlah kepasrahan Ibumu,demi kehidupanmu,derita serasa manis kala melihat senyummu,Ibumu lebih merasa dalam pelukan Tuhan,kala memelukmu sebagai titipanNya.Tengoklah kepasrahan awan yang menangis,tetapi menumbuhkan bumi menjadi taman-taman.Ingatlah kepasrahanmu ketika engkau menangis kala masih bayi,air susu Ibumu mengalir deras membesarkanmu.Bayi bisa menjadi simbol kepasrahan,semua kehendak dalam ketakberdayaannya itu,membawa semua lingkungannya tergerak untuk melayaninya.Popok basah,dia menangis,mengundang Ibunya mengganti.Punggung panas karena tidur melulu,dia menangis lalu neneknya tergerak mengajak jalan-jalan,padahal bayi itu tidak bisa berjalan.....Kawan-kawan,bayi saja memiliki insting sedemikian tajam : aku menangis supaya ada perawat yang baik datang.Maka tidakkah kita memiliki kesadaran menangis--dengan belbagai bentuk derita--sehingga Sang Maha Perawat dari segala perawat memberikan susu secara gratis dalam kehidupan,derita semacan inilah yang tidak melahirkan kebosanan,tetapi justru jiwanya berkembang sebab keberkahan susu cinta itu......

Tangis Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,maafkanlah aku bila sering mengisahkan sesuatu,sepertinya mengajakmu menangis,bagi orang yang sulit menangis aku pandang :alangkah kuat hatimu,dibalik itu aku selalu merasakan kelembutan hatimu.Kanjeng Nabi saw menyatakan bahwa siapa yang menangis tetapi tidak keluar air matanya,baginya surga.Akut belum pernah melihat Cak Nun menangis,tetapi dengarkanlah suaranya itu,tutur katanya itu,shalawatannya itu,bagiku beliau menangis dalam bentuk yang lain--tidak keluar air mata.Aku ini orang yang sangat lemah,membaca tulisanmu di facebook,aku menangis karena dibalik dunia maya,aku membayangkan sangat terang di cermin hatiku : dirimu sehat,keluargamu aman,senyummu mengembang.Aku sangat-sangat bahagia,lalu aku menjawabmu walau kau tidak melihatku,mengetik tulisan sambil meleleh air mataku.Aku bahagia,atas kesehatanmu kawan,ya aku bahagia,bahagia sekali.Aku tidak tahu,kalau berusaha menangis itu dianjurkan Kanjeng Nabi saw bisa melembutkan hati,aku tidak tahu kalau Allah menyatakan bahwa orang-orang soleh itu bila dibacakan ayat-yatNya,mereka rebah bersujud dan menangis.Aku tidak tahu kalau Abu Dzarr dan para sahabatnya bilang bahwa jika orang mampu menangis,menangislah,jika tidak rasakanlah dalam hati akan kesedihan,berusahalah untuk menangis,karena hati yang keras jauh dari Allah.Aku tidak tahu kalau orang-orang shaleh itu disebut Allah bahwa mereka melihat pesona tanda-tandaNya,mereka merebahkan diri atas muka mereka sambil menangis dan bertambahlah kekhusyuan mereka.Aku tidak peduli kalau orang bilang aku ini cengeng dan gampang tidak berdaya,lalu membid'ahkanku.Aku rela.Aku juga tidak peduli kalau ada orang yang memuji,bahwa aku menangis itu tanda dari kelembutan hati.Kalau aku dipandang riya',aku pun juga rela,karena aku secara jujur belum mencapai kekhusyuan itu,aku masih riya',ya aku masih riya',maafkanlah aku kawan.Sekuat Kanjeng Nabi saw,ketika mendengar ayat-ayat dibacakan,beliau menangis sesengguan,apalagi selemah aku ini kawan,aku bisa berteriak,menjerit dan bergetar hatiku.Makanya ketika aku mendengar orang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an,aku menagis : hatiku ada suara,bukankah ayat-ayat ini prnah diucapkan oleh kekasih Allah,kini terdengar di telingamu,lalu Kanjeng Nabi saw serasa ada depan mataku,aku menangis tetapi menangis bahagia.Ketika aku menimang bayi anak-anakku ada suara di hatiku : semua bersumber dari cahaya Muhammad,bukankah Muhammad telah hadir di rumahmu,lalu aku seperti disuruh menyambutnya: ya Nabi salam 'alaika,ya rasul salam 'alaika,aku menagis,kata-kataku hilang,diganti air mata.Ketika aku berdampingan dengan istri saat temantenan,ada suara yang sama di hatiku : bukankah engkau sedang berdampingan dengan Nabi itu dalam wujud istri,yang bersumber dari cahaya Muhammad itu,aku menangis dengan tingkat kesyukuran tiada tara.Apalagi kalau aku melihat tragedi kemanusiaan,aku menangis.Andai aku mendengar khabar dirimu sakit kawan,aku menangis dengan harapan penuh : Ya Allah sembuhkanlah kawanku itu,sembuhkanlah,sembuhkanlah,ya Robb.Aku menghindari gelak tawa di televisi,kita menyewa orang untuk bisa tertawa.Apakah kualitas ruhani kita muncul,harus dihadirkan tragedi-tragedi itu: jangan Ya Allah--bisik dalam hatiku,aku yakin mereka semua tidak kuat,tidak kuat.Maka Nabi saw menangis ketika melihat tangannya pemecah batu itu,melepuh demi mata pencahariannya,halal,lalu Kanjeng Nabi saw mencium tangan yang melepuh itu.......Kawan-kawan,anggaplah aku cengeng saja ya,aku menangis biar peka terhadap penderitaan orang-orang kecil,aku menangis dalam shalat-sholatku--bukan karena khusyuk--betapa kekhusyu'an ini sulit bagiku ya Allah,malah dalam pengajian maiyahan pagi di rumah,aku tidak pidato apa-apa,aku nasehati masyarakat sekitarku dengan air mataku.Jangankan sejauh itu kawan,engkau menyapaku saja walau lewat dunia maya ini,aku menangis,hatiku menjerit menyongsongmu : aku punya saudara kamu,aku punya saudara kamu,aku punya saudara kamu,aku punya saudara kamu,aku punya saudara kamu.........Aku bahagia!!!!

Masya Alloh Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,ketika aku beserta istri mengantarkan anak-anak mau sekolah dan modok di Pesantren Kudus,mampir ke sebuah toko untuk belanja belbagai kebutuhan selama di Pesantren.Sambil menunggu belanja,aku ngobrol sama tukan sol sepatu sandal di emperan toko itu.Selama itu,aku merasa asyik dengan dia karena tukang sol sandal dan sepatu itu senang kisah-kisah yang menakjubkan dalam ranah adab dan sopan santun.Begitu aku gantian berkisah,dia letakkan palu dan tali-tali lembut warna kecoklatan dan jarum penusuk sandal dan sepatu.Sorot matanya tajam menatapku: tatapan mata rindu Kanjeng Nabi.Kala Kanjeng Nabi sedang berkhotbah di suatu tempat--aku mulai berkisah--beliau melihat sebatang pelepah korma yang sudah rapuh tergeletak.Seketika itu kanjeng Nabi menghentikan pidatonya dan menyambangi itu pelapah korma yang sudah rapuh.Kanjeng Nabi meneteskan airmata sambil mengelus-elus itu pelepah.Ditanya sahabat: kenapa engkau menangisi pelepah rapuh ini wahai Rasulullah?Iya--Kanjeng Nabi menjawab--pelepah korma ini pernah menemani hari-hari sulitku,untuk aku jadikan tongkat kala berkhutbah.Aku lihat reaksi tukang sol itu,sambil geleng-geleng kepala karena ketakjuban atas penghargaan jasa batang pelepah korma,dengan getar bibirnya : masyaaAllah!Kenapa--aku tanya--kok menggesa masyaaAllah? Aku--katanya--terkenang jasa orang-orang yang telah berbuat baik kepadaku.Kala Kanjeng Nabi menggendong bayi dari seorang Ibu--kisahku berlanjut--tiba-tiba bayi itu pipis.Ibu itu langsung merebut bayinya dari timangan beliau,karena malu anaknya mipisi pakaian Kanjeng Nabi.Beliau lalu mengingatkan kepada Ibu itu : Ibu,aku tahu hatimu,kalau soal pakaianku dipipisi anakmu,ini kan bisa dicuci,tetapi kasarmu mengambil anak ini dari timanganku,itu yang tidak bisa diganti.Lagi-lagi tukang sol itu menggesa dengan lebih keras: masyaaAllah! Kenapa Pak--aku desak lagi dia.Jawabnya : aku terkenang kekasaranku pernah memukul anakku,ternyata pukulan itu dikenang sampai dia dewasa kini,aku sangat menyesali diri,aku malu kepada Kanjeng Nabi itu,andai beliau melihatku.Kala Kanjeng Nabi melintasi sebuah gurun padang pasir nan terik--kisahku lagi--Beliau melihat tukang pemecah batu,maka berhentilah beliau lalu mendekati itu orang pemecah batu yang tubuhnya terpanggang panasnya matahari di gurun sahara.Beliau tahu,pekerja kasar seperti dia itu,demi memberi makan anak-anaknya secara halal dan barokan,bekerja seperti itu dalam rangka menghindari suara-suara nafsu : mencuri,merampok,nyopet dan lain sebagainya.Sehingga pernah keluar dari bibir suci beliau,kalau orang yang bekerja keras dan kasar itu bisa menjadi tebusan dosa-dosanya.Aku lihat mata tukang sol sepatu itu meneteskan airmata,ia seka dengan tangan kanannya,keluar tambah deras itu airmata.Lalu Kanjeng Nabi--setelah uluk salam kepada tukang pemecah batu--kemudian mencium tanganya seraya dawuh : sebab tanganmu bekerja ini,engkau tidak akan tersentuh api neraka.......Kawan-kawan,tukang sol itu menjerit : masyaaAllah!!!Aku tidak sempat lagi bertanya kepada dia kenapa,karena dia menangis sesengguan,aku pun menangis bahagia melihat hati orang itu,hati yang dilanda rindu kepada orang yang paling cinta kepada Allah itu.Kisah itu mungkin mengandaikan dirinya,asal tidak mencuri,merampok,demi kehalalan untuk menyuapi anak-anak-istrinya,biarlah jadi tukang sol sepatu dan sandal,dia ridho.Aku pamit dengan linangan airmata,dengan merasa bahwa hatiku kalah rindu dengan hati tukang sol sandal dan sepatu itu.Istriku bertanya,kenapa menangis Mas? Aku jawab : tidak apa-apa Dik,tidak apa-apa,tetapi airmataku tak bisa menipunya.......