Rabu, 24 Februari 2010

Bakso Khalifatullah

Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”.

Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya. Hati saya meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya. Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.

Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul. Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.

Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: “Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Peradaban saya masih peradaban “milik saya”. Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana ‘kapitalisme subyektif posesif’ saya.

30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena “kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?”

Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.

“Lho, uang saya tidak cukup, Pak”

“Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap”

“Berarti saya hutang?”

“Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya”.

Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye!

Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah toko kemudian satu jam lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya. Ketika datang saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong….”

Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk: “Kalau mau curi barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan….”

Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece. Orang-orang besar bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun. Bakso Khlifatullah, bahasa Jawanya: bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.

Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru penjual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen Sekjen. Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol. Itu baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama. *****

Posted by Emha Ainun Nadjib

wajadilhum billati hiya ahsan

Benar atau salah, tetapi jika orang merasa tidak damai karena kebenaran yang kita sampaikan, kita harus meminta maaf.

Kegundahan orang lain kepada kita, saat kita menyampaikan kebenaran, adalah perintah untuk memperbaiki cara dalam menyampaikan kebenaran.

Kita tidak boleh memaksakan cara dalam menyampaikan kebenaran, karena itu akan mengakibatkan orang yang membutuhkan perbaikan hidup itu justru mencemoohkan kebenaran.

Kita tidak boleh meminta maaf atas kebenaran yang kita sampaikan, tetapi kita harus meminta maaf jika kekurang-mampuan kita dalam menyampaikannya mengganggu kedamaian orang lain.

Kita tidak boleh menjadi penyampai kebenaran yang justru membuat orang menjauhi kebenaran.

mario teguh
Simbah Abdul Majid,bin Abdul Jalil.bin Suyuti.Bin Suthon Abdul Hamid,Canggah jiwosuto,suatu ketika bercerita ; Cung (kuncung kalau memanggilku) Dulu sekitar tahun 1948. simbah Kyai Mawardi Ujung Pangkah pernah naik mustoko masjid dan kencing di atasnya.
Maka semua orang berteriak memperingatkan beliau;mbah kyai,jangan... kencing di Mustoko masjid.
simbah Kiyai Mawardi yang bisa menolah balak dan dapat berbicara dengan penyakit,malah marah.'goblok saya sedang mengguyur ka'bah yang sedang kebakaran,biar gak habis dimakan api.
mendengar jawaban ini tentu semua orang diam.Sambil menggerutu ,aneh aneh saja kyai sepuh ini,dan tiga bulan kemudian lewat siaran media radio orang mendengar kabar,setelah kebakaran tiba tiba datang hujan besar sampai kemudian ka'bah ganti kebanjiran.seperti dalam foto ini.nah...wali jowo ujung Pangkah memang aneh aneh nggih ?

Kau ini bagaimana Atawa Aku harus bagaimana

Kau ini bagaimana?
Atawa Aku harus bagaimana?

Kau ini bagaimana?
Kau bilang aku merdeka
Kau memilihkan untukku segalanya

Kau suruh aku berpikir
Aku berpikir, kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana?

Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah.
Aku diam saja, kau waspadai
Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku memegang prinsip.
Aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku..
Kau suruh aku tolerant
Aku tolerant, Kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh maju, aku mau maju kau srimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja
Aku bekerja…kau ganggu aku
kau ini bagaimana?

Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuat ku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin
Kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana?

Kau bilang Tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku Kau suruh menabung,aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?

Kaus suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya Rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana..?

Aku kau larang berjudi..
Permainan spekulasimu menjad-jadi
Aku Kau suruh betanggung jawab..
Kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bishowab
Kau ini bagaimana?

Kau suruh aku jujur ,aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh memilihmu sebagai wakilku,
sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana?

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwisss
Kau bilang jangan banyak bicara. Aku bungkam , kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana?

Kau bilang kritiklah
Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif, kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana?

Aku bilang terserah kau
Kau tidak mau

Aku bilang terserah kita
Kau tak suka

Aku bilang terserah aku
kau memakiku

Kau ini bagaimana…..???
Atau aku harus bagaimana…?

Gus Mus 1987

Sabtu, 20 Februari 2010

"Jika kau dapati seorang
kawan yang tahu sebagian aibmu, dan dia telah marah tiga kali sebab
kesalahanmu, namun tak pernah dia menjelek-jelekkanmu di depan orang;
jadikanlah dia sahabat sejati." -Ja'far Ash Shadiq-

Selasa, 09 Februari 2010

Ya Rosulalloh

Ya Rosulalloh…
Aku ingin seperti santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu
Duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
Dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha-paha muliamu

Lalu aku akan bertanya
Ya Rosulalloh... tentang islamku
Ya Rosulalloh... tentang imanku
Ya Rosulalloh... tentang ihsanku

Ya Rosulalloh…
Mulut dan hatiku bersaksi tiada Tuhan selain Alloh
Dan Engkau ya Rosulalloh utusan Alloh
Tapi kusembah juga diriku…Astaghfirulloh
Dan Risalahmu hanya kubaca bagai sejarah… ya Rosulalloh
Setiap saat jasadku sholat
Setiap kali tubuhku bersimpuh
Diriku jua yang kuingat
Setaip saat kubaca sholawat
Setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullohi wabarokatuh
Salam kepadamu wahai Nabi juga rahmat dan berkat Alloh
Tapi, tak pernah kusadari apakah dihadapanku kau menjawab salamku
Bahkan apakah aku menyalamimu

Ya Rosulalloh…
Ragaku berpuasa dan jiwaku kulepas bagai kuda
Ya Rosulalloh…
Sekali-kali kubayar zakat dengan niat dapat balasan kontan dan berlipat
Ya Rosulalloh…
Aku pernah naik haji, sambil menaikkan gengsi
Ya Rosulalloh…sudah islamkah aku?

Ya Rosulalloh…
Aku percaya Alloh dan sifat-sifatNya
Aku percaya Malaikat
Percaya kitab-kitab suciNya
Percaya nabi-nabi utusanNya
Aku percaya akhirat
Percaya Qodlo QodarNya seperti yang kucatat dan kuhafal dari Ustadz
Tapi aku tak tahu seberapa besar itu mempengaruhi lakuku
Ya Rosulalloh…sudah imankah aku?

Ya Rosulalloh…
Setiap kudengar panggilan, aku menghadap Alloh
Tapi apakah Ia menjumpaiku?
Sedang wajah dan hatiku tak menentu…
Ya Rosulalloh…dapat kah aku berihsan?

Ya Rosulalloh…
Ku ingin menatap meski sekejap wajamu yang elok mengerlap
Setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap
Ya Rosulalloh…
Kuingin mereguk senyummu yang segar
Setelah dahaga di padang kehidupan hambar, hampir membuatku terkapar
Ya Rosulalloh…
Meski secercah, teteskan padaku cahayamu
Buat bekalku sekali lagi menghampiriNya…


KH. Musthofa Bisri

Senin, 08 Februari 2010

Rebo Wekasan?

Apa yang dimaksud dengan “Rebo Wekasan” ?

Rebo Wekasan adalah hari Rabu yang terakhir pada bulan Shafar. Dari beberapa cara merayakan Rebo Wekasan salah satunya adalah dengan cara melalukan shalat Rebo wekasan yang dikerjakan pada hari Rabu pagi akhir bulan Shafar setelah shalat Isyraq, kira-kira mulai masuk waktu Dhuha. Pada dasarnya tidak ditemukan adanya Hadits yang menerangkan shalat Rebo Wekasan.

Al-Imam`Abdul Hamid Quds (Mufti dan Imam Masjidil Haram) Dalam Kanzun Najah Was-Suraar Fi Fadhail Al-Azmina Wash-Shuhaar yang pernah mengajar di Makkatul Mukaramah. menerangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah (sebutan ulama sufi tingkat tinggi), bahwa setiap hari Rabu di akhir bulan Shafar diturunkan ke bumi sebanyak 360.000 malapetaka dan 20.000 macam bencana. Bagi orang yang melaksanakan shalat Rebo Wekasan atau shalat tolak bala pada hari tersebut sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan pada setiap raka’at setelah membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al Kautsar 17 kali, surat Al Ikhlas 5 kali, surat Al Falaq 2 kali dan surat An Nas 1 kali. Setelah selesai shalat dilanjutkan membaca do’a tolak bala, maka orang tersebut terbebas dari semua malapetaka dan bencana yang sangat dahsyat tersebut.

Atas dasar keterangan tersebut, maka shalat Rebo Wekasan tidak bersumber dari Hadits Nabi saw dan hanya bersumber pada pendapat ahli mukasyafah ulama sufi. Oleh sebab itu, mayoritas ulama mengatakan shalat Rebo Wekasan tidak dianjurkan dengan alasan tidak ada Hadits yang menerangkannya. Ada pula ulama yang membolehkan melakukan shalat Rebo Wekasan, dengan dalih melakukan shalat tersebut termasuk melakukan keutamaan amal (Fadhailul ‘amal).

Do`a tersebut adalah:
Bismilaahir rahmaanir rahiim
Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa ‘aziiza dzallat li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’i khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin

Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha Penyayang.

Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya (Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina `Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar; tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Amin.

Dan Syaikh Albaniy berkata, “Sesungguhnya Allah menurunkan bala bencana pada akhir Rabu bulan Shafar (Wekasan) antara langit dan bumi. Bala bencana itu diambil oleh malaikat yang ditugaskan untuknya dan diserahkannya kepada Wali Qutub al-Ghawts, lalu wali tersebut yang membagi-bagikannya ke seluruh alam semesta; maka apa yang terjadi di muka bumi ini, baik kematian, musibah atau kesulitan dan sebagainya adalah bagian dari bala bencana yang dibagi-bagikan oleh Wali Qutub tersebut. Barang siapa yang menginginkan keselamatan dari hal-hal tersebut, hendaklah ia melakukan shalat 6 rakaat, di mana setiap rakaat setelah al-Fatiha dibaca ayatul Kursi dan surat al-Ikhlash. Kemudian dilanjutkan dengan shalawat atas Nabi saw dan membaca do’a berikut:

Bismillaahir rahmaanir rahiim
Allaahumma innii as-aluka bi asmaa-ikal husnaa wa bikalimatikat-tammaati wa bi hurmati nabiyyika muhammadin shallallaahu ‘alayhi wa aalihii wa sallama an tahfazhanii wa antu’aa fiyanii min balaa-ika/Yaa daafi’al balaayaa/yaa mufarrijal hamm/yaa kasyifal ghamm/ iksyif ‘anni maa kutiba ‘alayya fii hadzihis-sanati min hammin aw gham/innaka ‘alaa kulli syay-in qadiir/wa shallalaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallama tasliima

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Allaahumma, Ya Allah, sesungguhnya aku mohon dengan kemuliaan asma-Mu, dengan kalimat-Mu yang sempurna dan dengan kehormatan Nabi-Mu, Muhammad saw, sudilah kiranya Engkau memeliharaku dari segala bala bencana-Mu; Ya Allah, Tuhan Penolak Segala Bencana; Ya Allah, Tuhan Yang Menghilangkan Kesulitan dan Penyingkap Kesedihan, hilangkanlah dari sisiku apa-apa yang telah Engkau tentukan kejadiannya atas diriku pada tahun ini dari segala kesulitan dan kesedihan; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa untuk melakukan apa saja; dan semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Amin

Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah berfatwa, tidak boleh mengajak atau melakukan sholat Rebo wekasan karena hal itu tidak ada syariatnya.
KH.Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan kalau dikampung-kampung masih ada orang yang menjalankan sholat rebo wekasan, ya niatnya saja yang harus diubah. Jangan niat sholat Rebo wekasan, tapi niat sholat sunat gitu saja, atau niat sholat hajat walau hajatnya minta dijauhkan dari bala’, pokoknya jangan niat sholat Rebo wekasan karena memang nggak ada dasarnya. Dan kepada mereka yang jadi panutan masyarakat harus menjelaskan soal ini.

Wallohu a’lam bish showab.

Kucek Mata Bisa Sebabkan Glaukoma


PERNAHKAH Anda membunyikan leher untuk menghilangkan ketegangan? Atau mengucek mata dengan harapan bisa melihat lebih jelas dan membunyikan ruas-ruas jari tangan untuk mengusir kebosanan saat Anda sama sekali tidak punya pekerjaan? Jika pernah, Anda tidak sendiri, banyak orang yang melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil seperti ini tapi tahukah Anda, bahwa kebiasaan-kebiasaan kecil ini berdampak buruk bagi kesehatan?


1. Mengucek mata

Mulailah menghindari kebiasaan yang satu ini. Menurut para dokter, gosokan yang lembut sekalipun pada mata bisa meningkatkan tekanan yang memicu terjadinya glaucoma atau penyakit kebutaan. Sebuah studi juga menemukan kalau memakai kaca mata renang, tidur telungkup atau melakukan olahraga di gym bisa memicu glaucoma dan penyakit mata yang berkaitan dengan tekanan mata lainnya.

Setiap sentuhan yang mengenai kelopak mata, menurut profesor Charles McMonnies dari University of New South Wales Shool of Optometry and Vision Science, bisa meningkatkan tekanan mata. Sentuhan ringan akan menambah sedikit tekanan tapi sentuhan yang kuat bisa memicu peningkatan tekanan 3-5 kali dari tekanan normal.

Karena itu, ada baiknya lebih berhati-hati dalam menyeka mata berair atau make-up di sekitar mata. Proses ini melibatkan kontak dengan kelopak mata. Dalam kasus mengucek mata, yang meilibatkan kelopak dan juga bola mata, tekanan mata bisa meningkat 10 kali lipat dari normal. Masih ingin mengucek mata? Anda baiknya mulai dihentikan.


2. Membunyikan leher

Dengan membunyikan leher, berarti Anda turut meregangkan jaringan ikat persendian yang berfungsi mendukung dan menstabilkan persendian leher. Meregangkan persendian akan menyebabkan hipermobilitas di mana persendian telah kehilangan kelenturan alaminya.

Karena jaringan ikat persendian menjadi kendur, otot-otot kecil yang menghubungkan ruas-ruas tulang punggung menjadi kencang. Otot-otot ini harus bekerja lebih keras untuk menetralkan hilangnya keseimbangan akibat kendurnya jaringan pengikat sendi. Hal ini akan membuat leher terasa kaku dan tegang. Saat ketegangan semakin menumpuk dan leher semakin tidak nyaman, Anda kembali ingin memanipulasi leher dengan cara membunyikan. Akibatnya, proses buruk yang sama akan kembali terulang.


3. Membunyikan ruas-ruas jari

Hal ini mungkin seringkali Anda lakukan tanpa sadar. Burukkah bagi kesehatan? Menurut sebuah studi dengan 300 partisipan yang dipublikasikan di Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics, hal ini bisa memicu kerusakan persendian. Studi ini memang tidak menemukan hubungan antara membunyikan persendian dengan radang sendi, tetapi kebiasaan ini mengakibatkan kerusakan lain termasuk kerusakan jaringan lunak hingga kapsul persendian serta melemahnya daya cengkram.


4. Mengorek telinga

Jika hal ini sudah menjadi kebiasaan Anda, ada baiknya mempertimbangkannya kembali. Jika telinga Anda gatal atau sakit, lebih baik berkonsultasi dengan dokter daripada menyelesaikan masalah Anda sendiri. Menurut dr Peter Roland dari University of Texas, menggunakan cotton bud berisiko melubangi gendang telinga, menyebabkan perdarahan dan hilangnya pendengaran yang bersifat sementara.

Upaya mengeluarkan tumpukan lilin telinga ada baiknya diserahkan kepada dokter. Sebab, lilin ini berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran, sel-sel kulit mati dan rambut ke dalam telinga. Kelebihan lilin secara alami akan dikeluarkan melalui saluran telinga, dibantu oleh gerakan mengunyah dari rahang. Lilin ini juga berfungsi dalam mekanisme pembersihan serta mengandung antibakteri dan pelumas. Menyodokkan benda kecil ke dalam justru bisa merusak pembentukan alami lilin sehingga menyebabkan lilin menjadi padat, menjadi penghambat dan memicu infeksi.

- http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/ -

Minggu, 07 Februari 2010

Emha Ainun Nadjib


Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik KiaiKanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.

Bersama Grup Musik KiaiKanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Dalam berbagai forum komunitas Masyarakat Padang Bulan, itu pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak dipanggil Kyai itu meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.

Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah,” katanya.

Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik KiaiKanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. “Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal,” ujarnya.

Emha merintis bentuk keseniannya itu sejak akhir 1970-an, bekerja sama dengan Teater Dinasti — yang berpangkalan di rumah kontrakannya, di kawasan Bugisan, Patangpuluhan, Yogyakarta. Beberapa kota di Jawa pernah mereka datangi, untuk satu dua kali pertunjukan. Selain berkarya melalui panggung, ia juga menjadi kolumnis.

Dia anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya, Almarhum MA. Lathif, adalah seorang petani. Dia mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Modern Gontor Ponorogo tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat. Lalu sempat melanjut ke Fakultas Ekonomi UGM, tapi tidak tamat.

Lima tahun (1970-1975) hidup menggelandang di Malioboro, Yogya, ketika belajar sastra dari guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha berikutnya.

Karirnya diawali sebagai Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970). Kemudian menjadi Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan grup musik KiaiKanjeng hingga kini. Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media.

Ia juga mengikuti berbagai festival dan lokakarya puisi dan teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Karya Seni Teater

Cak Nun memacu kehidupan multi-kesenian di Yogya bersama Halimd HD, networker kesenian melalui Sanggar Bambu, aktif di Teater Dinasti dan mengasilkan beberapa reportoar serta pementasan drama. Di antaranya: Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ”Raja” Soeharto); Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan); Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern); Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).

Selain itu, bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun). Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar); dan Kiai Sableng serta Baginda Faruq (1993).

Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, Duta Dari Masa Depan.

Dia juga termasuk kreatif dalam menulis puisi. Terbukti, dia telah menerbitkan 16 buku puisi: “M” Frustasi (1976); Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978); Sajak-Sajak Cinta (1978); Nyanyian Gelandangan (1982); 99 Untuk Tuhanku (1983); Suluk Pesisiran (1989); Lautan Jilbab (1989); Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990); Cahaya Maha Cahaya (1991); Sesobek Buku Harian Indonesia (1993); Abacadabra (1994); dan Syair Amaul Husna (1994).

Selain itu, juga telah menerbitkan 30-an buku esai, di antaranya: Dari Pojok Sejarah (1985); Sastra Yang Membebaskan (1985); Secangkir Kopi Jon Pakir (1990); Markesot Bertutur (1993); Markesot Bertutur Lagi (1994); Opini Plesetan (1996); Gerakan Punakawan (1994); Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996); Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994); Slilit Sang Kiai (1991); Sudrun Gugat (1994); Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995); Bola- Bola Kultural (1996); Budaya Tanding (1995); Titik Nadir Demokrasi (1995); Tuhanpun Berpuasa (1996); Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997); Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997); Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997); 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998); Mati Ketawa Cara Reformasi (1998); Kiai Kocar Kacir (1998); Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998); Keranjang Sampah (1998); Ikrar Husnul Khatimah (1999); Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000); Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000); Menelusuri Titik Keimanan (2001); Hikmah Puasa 1 & 2 (2001); Segitiga Cinta (2001); “Kitab Ketentraman” (2001); “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001); “Tahajjud Cinta” (2003); “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003); Folklore Madura (2005); Puasa ya Puasa (2005); Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara); Kafir Liberal (2006); dan, Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006).
Pluralisme

Cak Nun bersama KiaiKanjeng dengan balutan busana serba putih, ber-shalawat dengan gaya gospel yang kuat dengan iringan musik gamelan kontemporer di hadapan jemaah yang berkumpul di sekitar panggung Masjid Cut Meutia. Setelah shalat tarawih, sayup-sayup terdengar intro lagu Malam Kudus. Kemudian terdengar syair, “Sholatullah Salamullah”. Tepuk tangan dan teriakan penonton pun membahana setelah shalawat itu selesai dilantunkan. “Tidak ada lagu Kristen, tidak ada lagu Islam. Saya bukan bernyanyi, saya ber-shalawat,” ujarnya menjawab pertanyaan yang ada di benak jemaah masjid.

Tampaknya Cak Nun berupaya merombak cara pikir masyarakat mengenai pemahaman agama. Bukan hanya pada Pagelaran Al Quran dan Merah Putih Cinta Negeriku di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (14/10/2006) malam itu ia melakukan hal-hal yang menurut mayoritas masyarakat dan media sebagai hal yang kontroversial. Dalam berbagai komunitas yang dibentuknya, oase pemikiran muncul, menyegarkan hati dan pikiran.

Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. “Ada apa dengan pluralisme?” katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme. “Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar,” ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua,” tutur budayawan intelektual itu.

*****

Nama: EMHA AINUN NADJIB
Lahir: Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
Agama: Islam
Isteri: Novia S. Kolopaking
Anak:

* Sabrang Mowo Damar Panuluh
* Ainayya Al-Fatihah (alm)
* Aqiela Fadia Haya
* Jembar Tahta Aunillah
* Anayallah Rampak Mayesha

Pendidikan:

* SD, Jombang (1965)
* SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
* SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
* Pondok Pesantren Modern Gontor (tidak tamat)
* FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)

Karir:

* Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970)
* Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976)
* Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
* Pemimpin Grup musik KiaiKanjeng
* Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media

Karya Seni Teater:

* Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan “Raja” Soeharto)
* Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan)
* Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern)
* Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern)
* Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun Madiun)
* Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar)
* Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993)
* Perahu Retak (1992).

Buku Puisi:

* “M” Frustasi (1976)
* Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978)
* Sajak-Sajak Cinta (1978)
* Nyanyian Gelandangan (1982)
* 99 Untuk Tuhanku (1983)
* Suluk Pesisiran (1989)
* Lautan Jilbab (1989)
* Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990)
* Cahaya Maha Cahaya (1991)
* Sesobek Buku Harian Indonesia (1993)
* Abacadabra (1994)
* Syair Amaul Husna (1994)

Buku Essai:

* Dari Pojok Sejarah (1985)
* Sastra Yang Membebaskan (1985)
* Secangkir Kopi Jon Pakir (1990)
* Markesot Bertutur (1993)
* Markesot Bertutur Lagi (1994)
* Opini Plesetan (1996)
* Gerakan Punakawan (1994)
* Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996)
* Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994)
* Slilit Sang Kiai (1991)
* Sudrun Gugat (1994)
* Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995)
* Bola- Bola Kultural (1996)
* Budaya Tanding (1995)
* Titik Nadir Demokrasi (1995)
* Tuhanpun Berpuasa (1996)
* Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
* Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997)
* Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997)
* 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998)
* Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998)
* Kiai Kocar Kacir (1998)
* Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998)
* Keranjang Sampah (1998)
* Ikrar Husnul Khatimah (1999)
* Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000)
* Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000)
* Menelusuri Titik Keimanan (2001)
* Hikmah Puasa 1 dan 2 (2001)
* Segitiga Cinta (2001)
* Kitab Ketentraman (2001)
* Trilogi Kumpulan Puisi (2001)
* Tahajjud Cinta (2003)
* Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003)
* Folklore Madura (2005)
* Puasa ya Puasa (2005)
* Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara)
* Kafir Liberal (2006)
* Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006)

- www.padhangmbulan.com -

Masterpiece karya Allah: Menemukan Kembali Al Qur’an

Rata-rata 4 kali perminggu saya mengalami forum dengan ratusan atau ribuan orang. Kalau di luar negeri, tentulah audiensnya puluhan atau ratusan, kecuali di Malaysia. Sekitar 85% audiensnya adalah orang beragama Islam. Forum itu sendiri 60% acara Kaum Muslimin, 30% umum, 10% forum khusus saudara non-Muslim. Perjalanan keliling itu berlangsung puluhan tahun, dan sepuluh tahun terakhir ini frekwensinya meningkat sekitar 30%.

Tentu sangat banyak saya berguru pada mereka, sangat tidak seimbang dengan amat sedikitnya manfaat yang saya bisa kontribusikan. Saya, sendiri atau bersama KiaiKanjeng, berposisi amat berterima kasih kepada publik, sementara hak kami untuk diterimakasihi sangat sedikit.

Saya kisahkan di sini satu hal: bahwa saya tidak pernah menyia-nyiakan perjumpaan dengan banyak orang untuk melakukan semacam direct research kecil-kecilan. Mungkin lebih bersahaja: jajag pendapat, tentang sejumlah hal prinsipil nilai orang hidup berbangsa, beragama dan bernegara. Serta sejumlah konteks aktual yang durasi dan akurasinya tidak berlaku terlalu lama. Itupun lebih saya persempit lagi: yakni sejumlah jajag pendapat dengan berbagai-bagai kalangan Ummat Islam.

Yang hasilnya terlalu lucu, naif atau sangat kurang berpengetahuan, sebaiknya tidak saya paparkan, agar saya tidak menjadi komoditas bagi penjaja tema pelecehan Islam. Umpamanya saya bertanya: “Rasulullah menyatakan bahwa Ummat Islam akan terbagi menjadi 73 bagian, yang diterima Allah hanya satu. Anda semua ini termasuk yang 72 atau yang 1?”. 100% ummat yang saya jumpai di berbagai wilayah, strata dan segmen, menjawab sama: “Yang 1″.

Yang paling terasa pada publik Islam adalah ketidaksanggupan massal untuk membedakan antara kemungkinan, kenyataan dan keinginan. Jawaban “Yang 1″ itu rata-rata tidak mereka kejar ke dalam diri mereka sendiri apakah itu keinginan, kemungkinan ataukah kenyataan. Terlalu jauh kalau saya menuntut mereka cukup memiliki parameter untuk mengukur tingkat kemungkinan dan kadar kenyataan mereka akan diterima Allah atau tidak, sebab kelihatannya ruang batin mereka sudah sangat dipenuhi oleh keinginan, yang tak terurai secara rasional dan intelektual.

Terkadang saya menggoda: “Ibu-ibu Bapak-bapak, mohon maaf saya sendiri menemukan diri saya di antara yang 72 golongan. Saya penuh dosa dan ketersesatan, sehingga sama sekali tidak berani menyatakan bahwa saya akan pernah diterima oleh Allah. Kelihatannya kans saya untuk masuk neraka lebih besar dibanding masuk sorga.”

Sering saya menyesal atas pernyataan seperti itu, karena jelas saya memberi beban pikiran dan kegelisahan hati yang menambah keruwetan hidup mereka yang sudah sangat ruwet oleh Indonesia. Apalagi mereka rata-rata tidak punya kapasitas untuk mengidentifikasi apakah pernyataan saya itu bersifat intelektual ataukah bernuansa kultural — sebagaimana sahabat kita yang kaya menawari kita “Ayo mampir dong ke gubug saya…”. Padahal harga rumahnya 5M.

Di saat lain saya bertanya: “Kalau pergi umroh atau haji, ketika berthawaf: Sampeyan cenderung mendekat-dekat ke Ka’bah termasuk supaya bisa mencium Hajar Aswad, ataukah cenderung meletakkan diri jauh-jauh dari rumah Allah?”. 100% menjawab “mendekat-dekat ke Ka’bah”. Terhadap dialog tema ini kadang saya menggoda: “Mohon maaf saya sendiri termasuk orang yang takut-takut mendekat ke rumah Allah. Datang ke Mekkah saja pekewuh. Bahkan ketika berthawaf saya hanya berani melirik sedikit-sedikit atau mencuri pandang ke Ka’bah. Sebab saya tidak merasa pantas bertamu ke rumah Allah. Bau saya busuk, kelakuan saya buruk, tidak ada cukup kepantasan untuk berada di dekat rumah Allah”.

Terkadang saya terpeleset untuk mengungkapkan : “Coba Sampeyan sebut satu saja Nabi dan Rasul yang pernah menyatakan bahwa dirinya baik. Setahu saya hampir semua menyatakan dirinya dhalim”.

Di saat lain rajin saya bertanya kepada Ummat Islam: “Apa bekal utama manusia untuk menjadi Muslim yang baik?”

100% menjawab: “Qur’an dan Hadits”. Sungguh-sungguh sangat lama saya merindukan ada jawaban yang berbeda, dan sampai hari ini belum Allah perkenankan. Memang begitu sucinya, begitu sakral dan utamanya Kitab Suci Allah dan penuturan Rasul-Nya, sehingga Ummat Islam kebanyakan lupa pada kalimat kecil di Kitab Suci itu sendiri: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia sebagai masterpiece…” Inna khalaqnal insana fi ahsani taqwim.

Karya Allah yang tertunggul dan tertinggi derajatnya bukan Malaikat, bukan Al Qur’an, melainkan manusia.

Dengan sedih terpaksa saya katakan bahwa modal utama manusia untuk menjadi Muslim bukan Al Qur’an, melainkan akal.

Tidak fair kalau bekal utama manusia untuk menjadi Muslim adalah Al Qur’an. Pertama, jaman pasca-Muhammad hingga sekarang jauh lebih singkat dibanding pra-Muhammad sejak Adam AS. Kedua, kalau Qur’an adalah modal utama, harus kita pastikan bahwa semua Nabi Rasul dan ummat manusia sebelum Muhammad bukanlah Muslim. Dengan kata lain harus kita batasi kepercayaan dan wacana Islam hanya dimulai sejak kerasulan Muhammad. Ketiga, AlQur’an bukan makhluk hidup. Ia tidak bisa menjadi subyek aktif atas proses berlangsungnya kehidupan manusia. Al Qur’an bukan pelaku perubahan, pembangunan, sejarah dan peradaban ummat manusia. Al Qur’an itu alat perubahan.

Keempat, untuk menyebut secara sederhana: Al Qur’an 100% sia-sia bagi manusia yang tidak menggunakan modal utamanya sebagai manusia, yakni aktivitas akal. Al Qur’an jangan disodorkan kepada kambing, meskipun ia punya otak. Sedikit ke cabang: otak itu hardware. Untuk membuat otak melakukan pekerjaan berpikir, diperlukan software yang bernama akal. Al’aql. Akal tidak terletak, atau sekurang-kurangnya tidak berasal usul dari dan di dalam kepala manusia, melainkan berasal dari semacam mekanisme dialektika yang dinamis dari luar diri manusia, mungkin semacam gelombang elektromagnetik yang berpendar-pendar di seluruh lingkup alam semesta, namun dikhususkan menggumpal dan mengakurasi ke seputar ubun-ubun kepala setiap manusia.

Oleh karena itu prinsip utama menjalani Islam adalah ijtihad. Kalau jihad itu segala upaya perjuangan manusia menghidupi kehidupan. Ijtihad itu perjuangan intelektual. Mujahadah itu perjuangan spiritual. Ratusan kali Allah memfirmankan “Apakah engkau tidak berpikir?” “Apakah engkau tidak menggunakan akal?”. Masyarakat Barat dan Jepang Korea Cina sangat aktif melakukan ijtihad dan menguasai peradaban. Kaum Muslimin terlalu aktif bermujahadah tanpa imbangan ijtihad sehingga produknya adalah dekadensi dan inferioritas. Tetapi memang tidak mengherankan jika Ummat islam stuck dalam hal ijtihad. Alfikr itu pikiran, kata kerjanya yatafakkar, berpikir. Al-aql itu akal: bahasa Indonesia hanya kenal kata kerja “mengakali” dari kata dasar akal. Mengakali itu pekerjaan sangat mulia: ialah memandang dan memperlakukan segala sesuatu dengan daya akal. Tetapi “mengakali” dalam bahasa Indonesia adalah menipu, mencurangi, menyiasati dalam konotasi negatif.

Agak aneh Allah memerintahkan “Taatilah Allah, Rasul-Nya dan ulil amr di antara kalian”, tetapi yang terjadi adalah ketaatan kepada para penerus Rasul atau yang dianggap oleh umum atau yang menganggap dirinya penerus Rasul — namun tanpa tradisi ijtihad, sementara ulul amr, “petugas urusan-urusan” tak pernah ditegasi konteks dan subyeknya. Apakah Ulama mengurusi petani dan pertanian sehingga ditaati? Apakah Ustadz mengurusi pasar dan penggusuran sehingga dipatuhi? Apakah Kiai mengurusi, menguasai, memahami, mengerti dan mendalami teknologi, industri, ketatanegaraan, konstitusi dan hokum, pemetaan sosial masyarakat, hutan, sungai, laut, sehingga dipatuhi?

Hampir tak pernah terdengar fatwa tentang kehidupan nyata manusia dan masyarakat. Barusan ada fatwa satu tentang nuklir: cabang bilang haram, pusat bilang halal. Bagaimana kok ada organisasi cabangnya haram pusatnya halal. Bagaimana ada makhluk tak jelas Malaikat atau Setan. Ada satu lagi saya simpan fatwa tentang jual beli dang ganti rugi: mudah-mudahan jangan ada versi counter fatwa, karena fatwa itu tidak didasari konsiderasi ilmiah dan penelitian rasional apapun.

Islam tumbuh di Musholla dan Masjid, bertahan kerdil dalam kesempitan dan kejumudan. Pengadilan Agama hidup dari konflik-konflik rumahtangga, tidak berususan dengan keadilan keuangan rakyat, dengan keadilan atas sungai dan hutan, dengan keadilan politik, perekonomian, ekosistem, internet — sesekali muncul dari pintu belakang fatwa dan pernyataan keadilan halal dan haram tentang Presiden wanita haram, beberapa tahun kemudian berbalik menjadi halal berdasar sisi kepentingan yang sedang disangga.

Pemain-pemain sepakbola diidentifikasi, diuji, dianalisis dan dipilih oleh expert sepakbola, pelatih dan official. Kiai, Ulama, Ustadz diidentifikasi, diuji, dianalisis dan dipilih berdasarkan mata pandang industri dan kepentingan komersial. Orang Islam terlalu jauh meninggalkan akal sebagai modal utama kemuslimannya. Mereka salah sangka terhadap Al Qur’an, dan kurang peka memikirkan kemungkinan bahwa Iblis dan Setan sejak jaman dahulu kala sudah fasih membaca Quran dan mungkin menghapalnya, sebagai satu bagian strateginya untuk mengalahkan manusia.

emha ainun nadjib

Sabtu, 06 Februari 2010

Utuh

berusaha ku jaga diriku menyentuhmu, walau membuncah hasratku...
sekuat tenaga ku tundukkan pandanganku, karena kau terlalu mulia untuk itu...
kau tahu, rasa ini bukan untuk di ungkapkan, dengan cara yang rendah...
tapi untuk kau rasakan, dengan sepenuh hatimu...
utuh, kumencintaimu...

Jumat, 05 Februari 2010

Biografi Gus Dur

ABDURRAHMAN WAHID
DATA PRIBADI
Kewarganegaran : Indonesia
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940
Istri : Sinta Nuriyah
Anak :
1. Alissa Qotrunnada Munawaroh (P)
2. Zannuba Arifah Chafsoh (P)
3. Annita Hayatunnufus (P)
4. Inayah Wulandari (P)
ALAMAT
Rumah : Jl. Warung Silah No. 10, Ciganjur
Jakarta Selatan 12630 - Indonesia
PENDIDIKAN
1966-1970 Universitas Baghdad, Irak
Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab

1964-1966 Al Azhar University, Cairo, Mesir
Fakultas Syari’ah (Kulliyah al-Syari’ah)
1959-1963 Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
1957-1959 Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
JABATAN
1998-Sekarang Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia
Ketua Dewan Syura DPP PKB
2004-Sekarang The WAHID Institute, Indonesia
Pendiri
2000-Sekarang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Indonesia
Mustasyar
2002-Sekarang Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
Rektor
PENGALAMAN JABATAN
1999-2001 Presiden Republik Indonesia
1989-1993 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
1987-1992 Ketua Majelis Ulama Indonesia
1984-2000 Ketua Dewan Tanfidz PBNU
1980-1984 Katib Awwal PBNU
1974-1980 Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
1972-1974 Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang
Dekan dan Dosen
PENGALAMAN ORGANISASI
2003 Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional
Penasehat
2002 Solidaritas Korban Pelanggaran HAM
Penasehat
1990 Forum Demokrasi
Pendiri dan Anggota
1986-1987 Festifal Film Indonesia
Juri
1982-1985 Dewan Kesenian Jakarta
Ketua Umum
1965 Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo - United Arab Republic (Mesir)
Wakil Ketua
AKTIVITAS INTERNASIONAL
2003-Sekarang Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan
Presiden
2003-Sekarang International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel
Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt
2003-Sekarang International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris
Presiden Kehormatan
2002-Sekarang International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
Anggota Dewan Penasehat Internasional
2002 Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat
Presiden
1994-Sekarang Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel
Pendiri dan Anggota
1994-1998 World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika Serikat
Presiden
1994 International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda
Penasehat
1980-1983 The Aga Khan Award for Islamic Architecture
Anggota Dewan Juri
PENGHARGAAN
2004 Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia
2004 The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia
2003 Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika Serikat
2003 World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan
2003 Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris “Dare to Fail”, Kuala Lumpur, Malaysia
2002 Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia.
2002 Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
2001 Public Service Award, Universitas Columbia , New York , Amerika Serikat
2000 Ambassador of Peace, International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
2000 Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International
1998 Man of The Year, Majalah REM, Indonesia
1993 Magsaysay Award, Manila , Filipina
1991 Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir
1990 Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia
DOKTOR KEHORMATAN
2003 Netanya University , Israel
2003 Konkuk University, Seoul, South Korea
2003 Sun Moon University, Seoul, South Korea
2002 Soka Gakkai University, Tokyo, Japan
2000 Thammasat University, Bangkok, Thailand
2001 Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand
2000 Pantheon Sorborne University, Paris, France
1999 Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand
HOBI
Mendengarkan dan menyaksikan pagelaran Wayang Kulit.
Mendengarkan musik, terutama lagu-lagu karya Beethoven berjudul Symphony No. 9 th, Mozart dalam 20 th piano concerto, Umm Khulsum dari Mesir, Janis Joplin dan penyanyi balada Ebiet G. Ade.
Mengamati pertandingan sepak bola, terutama liga Amerika latin dan liga Eropa.
Mendengarkan audio book, terutama mengenai sejarah dan biografi.
Abdurrahman Wahid telah menghasilkan beberapa buah buku.

Nasab Gus Dur sampai kepada Rasulullah

Gusdur adalah seorang Saadah atau Alawiyin dan nasab keluarga ini telah dipublikasikan di dalam kitab Talkhis karya Abdullah bin Umar Assathiri. Sumber ini konon telah diteliti dan direstui oleh Rais Aam Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah oleh KH. Habib Lutfi Ali Yahya asal Pekalongan. Menurut sumber itu, nasab lengkap Gusdur adalah sebagai berikut :

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

bin

KH. Abdul Wahid Hasyim

bin

KH. Hasyim Asy’ari

bin

KH. As’ari

bin

Abu Sarwan

bin

Abdul Wahid

bin

Abdul Halim

bin

Abdurrohman (P. Sambud Bagda)

bin

Abdul Halim (P. Benawa)

bin

Abdurrohman (Jaka Tingkir)

bin

Ainul Yaqin (Sunan Giri)

bin

Ishak

bin

Ibrohim Asmuro

bin

Jamaludin Khusen

bin

Ahmad Syah Jalal

bin

Abdulloh Khon

bin

Amir Abdul Malik

bin

Alawi

bin

Muhammad Shohibul Mirbat

bin

Ali Choli’ Qosam

bin

Alawi Muhammad

bin

Muhammad

bin

Alawi

bin

Ubaidillah

bin

Ahmad Al-Muhajir Ilallah

bin

Isa Arrumi

bin

Muhammad Annaqib

bin

Ali Al-’Uroidi

bin

Ja’far Shodiq

bin

Muhammad Al-Baqir

bin

Ali Zaenal Abidin

bin

Husein

putra

Siti Fathimah Az-Zahro

binti

Rasulillah, Muhammad saw

Mengenai nasab ini Gus Dur pernah mengatakan

Di Sanaa (Shon’aa), ibukota Republik Yaman, ditengah jamuan kenegaraan menyambut kunjungan resmi Presiden Republik Indonesia, di hadapan Presiden Ali Abdallah Salih dan para tokoh dari qabilah-qabilah utama di Yaman, Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan,

“Ana kaman Yamaani… min Basyaiban!”

(Saya ini juga orang Yaman… dari marga Basyaiban). Sumber

ada seorang teman yang memberikan testimoni mengenai Gus Dur

“waktu PKB pertama kali kampanye nasional dibandung,
saya ikut kampanye,kbetulan ada seorang bapak menggendong anaknya yg lumpuh nekad ke panggung ingin menemui gusdur,

gusdur menyuruh kpd para banser untuk membiarkannya naik

,setelah gusdur berdoa, trus ngasihin air aqua sm si bpk tsb,agar diminumkan sm anaknya, dan si bpk itu berdoa brsama sama gusdur, lalu anaknya sama gusdur disuruh berdiri,,masya allah,,,semua hadir disitu pada takbir mas anaknya bisa berdiri,,, saya msh ingat, walu waktu itu saya msh di sma ”



Gus Dur has been this way when he was the President of Indonesia (1999 - 2001). He leads Indonesia from his wheel chair.

Senin, 01 Februari 2010

Riyadhah Ust. Yusuf Masnyur

Riyadhah 40 Hari

"Sesiapa yang berjalan menuju Allah, Allah akan berlari menuju dia.
Siapa yang berlari menuju Allah, maka Allah akan melompat kepadanya".
• Jaga Shalat Tahajjud 8 Rakaat + Witir 3 Rakaat.
• Jaga Shalat Shubuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. (Khusus soal shalat, terkandung di dalamnya menjaga berjamaah, di masjid, lengkap dg qabliyah dan ba'diyahnya. Juga Sunnah Tahiyyatul Masjid, sbg tanda kita dtg sebelom wktnya azan/pra-ontime).
• Jaga Waaqi'ah sesudah shubuh atau sesudah ashar (boleh pilih).
• Jaga Shalat dhuha 6 Rakaat. Yang kuat, 12 rakaat.
• Baca zikir usai shalat, plus yaa fattaah yaa rozzaaq 11x, plus ayat kursi, plus qulhu 3x. Ini setiap usai shalat.
• Khusus usai shalat shubuh dan ashar, ditambah 4 ayat terakhir surah al Hasyr.
• Jaga setiap hari membaca 300x laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Boleh 100x. Dan boleh dibagi-bagi di 5 waktu shalat.
• Jaga setiap hari baca Istighfar 100x.
• Jaga setiap hari baca subhaanallaahi wabihamdihi subhaanallaahil 'adzhiem 100x pagi dan 100x sore. (Boleh habis dhuha dan habis ashar/jelang maghrib).
• Jaga setiap hari baca Yaasiin (bebas waktunya kapan saja, yg penting 1hr 1x).
• Tutup malam dg shalat sunnah 2 rakaat; baca Qulyaa di rakaat pertama, Qulhu di rakaat kedua. Setelahnya baca salah satu dari as Sajdah, Tabaarok, atau ar Rohmaan.

Jaga ini selama 40 hari. Berjuang ya. Terutama shalat tepat waktu, di masjid, plus qabliyah ba'diyahnya. Barengi dengan Puasa Daud supaya enteng.
Semoga Allah menyegarkan badan kita semua, menyehatkan kita semua. Yah, dihitung-hitung daripada lembur ga keruan, kerja rodi ga keruan dlm mencari rizki, dan daripada berobat ke rumah sakit. Mending ngelakuin riyadhah dah. Ampuh banget-banget. Kepada Allah dan untuk Allah kita lurusin niat kita ya. Amin.

akhir bahagia...chapter 2

:-( Gawat!brbahaya nki mnw
dalem kdangon tg mrki
-----------------------------------
ada apa?kenapa?apa kau baik-baik saja?
tanpa permisi, perasaan khawatir itu datang lagi, sama seperti kemarin…kekhawatiranku akanmu…

knging npo?lha le tg
bumiayu?Mas’e bdhe mrku
jam pnten?
----------------------------------

Virus mj…
----------------------------------
Dua kata dan tiga titik yang semakin membuatku khawatir, apakah ada virus varian baru yang berkembang biak menjangkiti bumi Indonesia? Aku baru pernah dengar, virus apa itu? Apa mungkin dunia sudah benar-benar hampir kiamat dengan ditandai munculnya berbagai macam penyakit baru yang dulu belum pernah ada akibat ulah manusia…?
Akhirnya aku tanyakan kepada ahlinya, yang sepertinya hampir tahu segala sesuatu…aku kerap memanggilnya “mbah google” :D…tapi satu hal, yang seandainya saja mbah yang satu ini tahu…masa depan…sayang tidak tahu…

Aku mengetikkan dua kata itu, tekan enter dan hasilnya…segala hal tentang “mj” yang muncul adalah…”Michael Jackson”…apa ini???kepalaku semakin dipenuhi tanda tanya tentang virus yang kau bicarakan…sampai di sini, aku benar-benar tidak tahu apa-apa, hingga akhirnya…

Jyan..virus merah jambu.
--------------------------------
Wah, virus apa ini? aku masih asing, sekali lagi kutanyakan pada mbah google, dengan menggati “mj” dengan merah jambu agar tidak dikira Michael Jackson…hehe
Aku semakin terkejut setelah melihat ratusan ribu hasil pencarian tentang virus merah jambu, ternyata virus ini begitu terkenal…bukan varian baru, bodohnya aku sampai belum pernah mendengarnya sekali pun, baru kali ini, benar-benar baru kali ini…kucoba membuka salah satu hasil pencarian itu…dan kekagetanku belum berakhir rupanya, setelah masuk, kubaca…virus merah jambu = virus cinta.:)

***

Aku ambil wudlu sambil membasuh perihku, aku akan sholat dhuhur dan sejenak beristirahat dulu di Masjid. ‘hanya’ itu sudah mulai tak sekedar hanya, tangan kiriku terasa sakit saat kugerakkan, kadang butuh sedikit bantuan dari tangan kananku untuk merubah posisinya. Ah, istirahat sebentar saja nanti juga sembuh, fikirku…
Mulai memikirkan strategi, apa yang harus aku lakukan agar tiba di rumah dalam keadaan tidak ada apa-apa, biasa saja. Luka di motorku jadi prioritas, luka tubuhku nomor dua. Ya, kuputuskan untuk tidak langsung pulang, ke rumah teman dan pergi ke dokternya motor. Spesialis motor kecelakaan, poles sana sini, agar terlihat seperti semula mumpung masih siang.
Segera, tapi dengan kecapatan rendah tentunya…perjalanan pulang dengan tangan kiri yang kuistirahatkan dari tugasnya memegang kemudi, jaket yang kulepas agar tidak menyentuh lukaku hingga membuatnya semakin terasa perih. Belum waktu pukul 3 aku sampai di rumah temanku, tanpa menunggu lama langsung saja kami berangkat tanpa dia bertanya ada apa? Tanpa kuceritakan apa yang telah membawaku kemari, toh nanti dia akan lihat sendiri…
Sudah hampir jam 5, setelah aku kembali dari musholla untuk sholat ‘ashar. Berharap sudah selesai. Dan memang sudah hampir selesai, tinggal penyempurnaan, tapi sudah terlalu sore…”besok ke sini lagi ya…”, “jam berapa?”, “ya setengah 9”, ok…kita lihat saja besok, tapi sampai sekarang…aku belum ke sana lagi.
Menjelang maghrib, sampailah di tempat tukang urut. Sebelum sampai rumah, aku harus
urut dulu. Karena kalau tidak…pasti serasa remuk badanku nanti malam.
Aman, semua aman…nikmati saja, dan tunggu sampai besok pagi…
Segar, bangun pagi dengan sedikit pegal-pegal. Lumayan lah, tadinya ingin kuceritakan bagian sakit-sakitnya tapi akhirnya urung aku ceritakan…:-)
Pagi ini pun, aman…tidak apa-apa, aku tidak apa-apa…hanya tangan kiri yang sepertinya sedikit saja masih ingin cuti sebentar lagi. “aku ga berangkat lah,…”, “kenapa?”, “ga pa pa”. Nikmat, nikmat, nikmat...
Bersiap sholat jum’at…aku masih belum berani mandi sejak kemarin…:D

***
Apa yang salah dengan virus mj? Virus cinta? kenapa kau bilang gawat? Apanya yang gawat? Tapi sebentar, coba aku baca lagi…sepertinya ada yang aku lewatkan tadi…

Ponakane rncang trjngkit
virus mj…


Tg dalem
----------------------------------
Cemburu, geli, bangga, hee…
Aku baru sadar setelah membaca ulang, dan untuk meyakinkan…

Waah…ojo2…kpnkane
Rencange njenengan jaler???
-----------------------------------

:-( njh
-----------------------------------

sebenarnya tak perlulah aku terlalu khawatir tentang yang satu ini (ya kan?? ), pasti kau tak kan menanggapinya, mungkin aku terlalu yakin…tapi aku berusaha untuk selalu yakin...husnudhon 
aku justru bangga dan bersyukur…
sungguh mempesona
dimanapun kau berada
masihkah perlu kau tanya?
apa yang membuatku, sangat inginkan dirimu?


Ya Alloh…kumhon., jgn jdikan
karunia yg tlah Kau
lmpahkan pdku sbg fitnah..
amin.
-----------------------------------------
Amin ya robbal ‘alamin…:-)

***

Njnengan sakit??
-----------------------------------------

sakit npo?
-----------------------------------------

njnengan drg njwb...
njnengan sakit?
-----------------------------------------

Tidak, sama sekali tidak…

***
Tetapi entah mengapa, justru sekarang terasa amat menyesakkan
Apakah sama seperti yang kau rasakan dulu?
----------------
Terkirim

***
Setidaknya tunggu sampai aku menyelesaikan ceritaku…

Ba’da Jum’at, aku memilih untuk kembali ke kamar. Mendung perlahan mulai menghiasi langit siang ini, apa yang saat ini kau lakukan?

:’-( knging npo ten prun
mndeg nki
------------------------------------------

Ada apa? (seketika aku khawatir…) mudah sekali aku khawatir…

Masya allah..kbablasen.
-----------------------------------------
***
Ternyata sudah tidak aktif lagi
Baiklah, aku akan lanjutkan ceritaku

Berharap suatu saat nanti kau akan membacanya

***
Akhirnya aku benar-benar khawatir, sangat khawatir. Apalagi setelah tau kau sendiri, tak tau arah dan hujan yang mengguyur tubuhmu. Dalam hatiku berkata, aku tak kan membiarkanmu sendiri. Tunggu aku…
The power of love…mungkin seperti itu yang kurasakan…
Sakit apa??? Sama sekali tak ada sakit yang kurasakan, segera kuberangkat, tak peduli hujan, tak peduli apa yang terjadi kemarin, satu hal yang kufikirkan…aku harus secepatnya sampai…dia sedang menungguku di sana. Dia membutuhkanku saat ini.
Kekuatan yang sama, yang datang begitu saja sepertinya sama seperti yang kurasakan di Kediri dulu. Tanpa terlalu banyak berfikir, maju ke depan…berusaha mendapatkan apa yang kau inginkan.

Di sana hujan, aku harus bawa mantel, dua, satu untuknya…
Kulihat di atas sana, memang awan hitam menggumpal, hujan deras sepertinya. Tunggu aku, aku segera datang…untukmu.
Tak seperti kemarin, aku cabut cuti tangan kiriku, karena dia ternyata telah mendapat suntikan kekuatan yang dahsyat, kupacu sekuat tenaga motorku mampu melaju…menyibak guyuran air hujan, kau harus cepat…
Alhamdulillah, berapa lama aku di jalan? Aku tak memperhatikan waktu, akhirnya aku sampai juga, aku cari sosokmu…tak kelihatan, hujan sudah agak reda, apa kau sudah pergi? Apa kau terlalu lama menungguku, hingga akhirnya kau memutuskan untuk berhenti menungguku? Sungguh, aku tak ingin membuatmu menunggu…aku berusaha secepat mungkin tuk sampai, kau dimana?

Sama sekali lupa dengan ‘hanya’ luka kecil, dan semua yang membuatku mengerang semalam…yang terfikir hanya…
Maafkan aku yang membuatmu menunggu terlalu lama…

***