Minggu, 08 Agustus 2010

Nasehat Ramadhan buat Musthofa Bisri

Oleh: KH.Musthofa Bisri


Musthafa, jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadhan bulan ampunan.
Apakah hanya menirukan Nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu.
Musthafa, Ramadhan adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu.
Darimu hanya untukNya. Dan Ia sendiri tak ada yang tau apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu.
Semua yang khusus untukNya, khusus untukmu.

Musthafa, Ramadhan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu, dan bulanmu serahkanlah semata-mata padaNya.
Bersucilah untukNya, bershalatlah untukNya, berpuasalah untukNya, berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya.
Sucikan kelaminmu berpuasalah,
Sucikan tanganmu berpuasalah
Sucikan mulutmu berpuasalah
Sucikan hidungmu berpuasalah
Sucikan wajahmu berpuasalah
Sucikan matamu berpuasalah
Sucikan telingamu berpuasalah
Sucikan rambutmu berpuasalah
Sucikan kepalamu berpuasalah
Sucikan kakimu berpuasalah
Sucikan tubuhmu berpuasalah
Sucikan hatimu, sucikan pikiranmu berpuasalah
Sucikan dirimu….
Musthafa, bukan perut yang lapar, bukan tenggorokan yang kering yang mengingatkan kedhaifan, dan melembutkan rasa.
Perut yang kosong dan ternggorokan yang kering ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata, tangan, kaki, dan kelamin. Lebih tahan sedikit berpuasa. Tapi hanya kau yang tau, hasrat dikekang untuk apa? Dan untuk siapa?
Puasakan kelaminmu untuk memuasi ridha,
Puasakan tanganmu untuk menerima kurnia
Puasakan mulutmu untuk merasai firman
Puasakan hidungmu untuk menghirup wangi
Puasakan wajahmu untuk menghadap keelokan
Puasakan matamu untuk menatap cahya
Puasakan telingamu untuk menangkap merdu
Puasakan rambutmu untuk menyerap belai
Puasakan kepalamu untuk menekan sujud
Puasakan kakimu untuk menapak shirath
Puasakan tubuhmu untuk meresapi rahmat
Puasakan hatimu untuk menikmati hakikat
Puasakan pikiranmu untuk meyakini kebenaran
Puasakan dirimu untuk menghayati hidup
Tidak…Puasakan hasratmu hanya untuk hadhiratNya.

Musthafa, Ramadhan bulan suci katamu
Kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu
Tapi bukanlah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian, keserakahan, ujub, riya, takabur, dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu.
Musthafa, inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati
Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu yang secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi kau puja selama ini.
Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti ramadhann-ramadhan yang lalu?

Tadarus

Oleh : Gus Mus

Bismillahirrahmanirrahim
Brenti mengalir darahku menyimak firman-Mu

Idzaa zulzilatil-ardlu zilzaalahaa
Wa akhrajatil-ardlu atsqaalahaa
Waqaalal-insaanu maa lahaa
(ketika bumi diguncang dengan dasyatnya
Dan bumi memuntahkan isi perutnya
Dan manusia bertanya-tanya:
Bumi itu kenapa?)

Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa
Bianna Rabbaka auhaa lahaa
Yaumaidzin yashdurun-naasu asytaatan

Liyurau a'maalahum
(Ketika itu bumi mengisahkan kisah-kisahnya
Karena Tuhanmu mengilhaminya
Ketika itu manusia tumpah terpisah-pisah
'Tuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan mereka)
Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah
Waman ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarah
(Maka siapa yang berbuat sezarrah kebaikan
pun akan melihatnya
Dan siapa yang berbuat sezarrah kejahatan
pun akan melihatnya)

Ya Tuhan, akukah insan yang bertanya-tanya
Ataukah aku mukmin yang sudah tahu jawabnya?
Kulihat tetes diriku dalam muntahan isi bumi
Aduhai, akan kemanakah kiranya bergulir?
Diantara tumpukan maksiat yang kutimbun saat demi saat
Akankah kulihat sezarrah saja
Kebaikan yang pernah kubuat?
Nafasku memburu diburu firmanMu

Dengan asma Allah Yang Pengasih Penyayang
Wa'aadiyaati dlabhan
Falmuuriyaati qadhan
Fa-atsarna bihi naq'an
Fawasathna bihi jam'an
(Demi yang sama terpacu berdengkusan
Yang sama mencetuskan api berdenyaran
Yang pagi-pagi melancarkan serbuan
Menerbangkan debu berhamburan
Dan menembusnya ke tengah-tengah pasukan lawan)
Innal-insana liRabbihi lakanuud
Wainnahu 'alaa dzaalika lasyahied
Wainnahu lihubbil-khairi lasyadied
(Sungguh manusia itu kepada Tuhannya
Sangat tidak tahu berterima kasih
Sunggung manusia itu sendiri tentang itu menjadi saksi
Dan sungguh manusia itu sayangnya kepada harta
Luar biasa)
Afalaa ya'lamu idza bu'tsira maa fil-qubur
Wahushshila maa fis-shuduur
Inna Rabbahum bihim yaumaidzin lakhabier
(Tidakkah manusia itu tahu saat isi kubur dihamburkan
Saat ini dada ditumpahkan?
Sungguh Tuhan mereka
Terhadap mereka saat itu tahu belaka!)

Ya Tuhan, kemana gerangan butir debu ini 'kan menghambur?
Adakah secercah syukur menempel
Ketika isi dada dimuntahkan
Ketika semua kesayangan dan andalan entah kemana?
Meremang bulu romaku diguncang firmanMu

Bismillahirrahmaanirrahim
Al-Quaari'atu
Mal-qaari'ah
Wamaa adraaka mal-qaari'ah
(Penggetar hati
Apakah penggetar hati itu?
Tahu kau apa itu penggetar hati?)

Resah sukmaku dirasuk firmanMu

Yauma yakuunun-naasu kal-faraasyil-mabtsuts
Watakuunul-jibaalu kal'ihnil-manfusy
(Itulah hari manusia bagaikan belalang bertebaran
dan gunung-gunung bagaikan bulu dihambur-terbangkan)

Menggigil ruas-ruas tulangku dalam firmanMu

Waammaa man tsaqulat mawaazienuhu
Fahuwa fii 'iesyatir-raadliyah
Waammaa man khaffat mawaazienuhu faummuhu haawiyah
Wamaa adraaka maa hiyah
Naarun haamiyah
(Nah barangsiapa berbobot timbangan amalnya
Ia akan berada dalam kehidupan memuaskan
Dan barangsiapa enteng timbangan amalnya
Tempat tinggalnya di Hawiyah
Tahu kau apa itu?
Api yang sangat panas membakar!)

Ya Tuhan kemanakah gerangan belalang malang ini 'kan terkapar?
Gunung amal yang dibanggakan
Jadikah selembar bulu saja memberati timbangan
Atau gunung-gunung dosa akan melumatnya
Bagi persembahan lidah Hawiyah?
Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu
Akan menerbangkannya ke lautan ampunan
Shadaqallahul' Adhiem
Telah selesai ayat-ayat dibaca
Telah sirna gema-gema sari tilawahnya
Marilah kita ikuti acara selanjutnya
Masih banyak urusan dunia yang belum selesai
Masih banyak kepentingan yang belum tercapai
Masih banyak keinginan yang belum tergapai
Marilah kembali berlupa
Insya Allah Kiamat masih lama. Amien.

1963+1988

(dari Antologi Puisi A. Mustofa Bisri "Tadarus", Prima Pustaka Yogyakarta,
1993)

Kamis, 05 Agustus 2010

Puing Cinta

oleh : Kiai Budi

Sedulurku tercinta,sepulang pengajian tadi malam,di ruang khalwatku berdiri sosok sedang tahajjud,lama dia wiridan sampai menjelang Subuh,aku tunggu sampai selesai sembahyang.Namanya Priono,asli Semarang,umurnya 45 tahun,masih lajang,ahli pijat,terusir dari sebuah lembaga sosial yang berlabel agama,kini ia berada di depanku,subhanallah: dia cacat mata,tetapi tidak matahatinya.Lembaga agama ini telah direkamnya sedemikian rupa dengan kejujuran nuraninya: dalam kajian agama (islam) nampak semua dilarang--misalnya--Yasinan,Tahlilan,Nariyahan,Puji-pujian sebelum sembahyang.Yasin benar tetapi Yasinan salah,Tahlil benar tetapi tahlilan salah dan seterusnya--katanya.Kalau shalat mereka pakai celana komprang,tanpa peci.Menurut kisahnya: selalu mencari kesalahan orang sesama muslim.Atas kehadirannya di Rumah Cinta ini,setelah terusir dari lembaga itu,karena dia melakukan hal-hal yang menurut mereka salah itu,bid'ah itu,khurafat itu,tahayul itu.Pengusiran kepadanya itu bagian dari shok terapi--kata mereka.Ternyata sedulur kita yang buta ini,dengan segala bawaannya yang sedemikian banyak itu,pergi meninggalkan lembaga sosial yang berlabel agama ini,entah ke mana,dan sampai di depan mataku ini.Aku sambut dia dengan suka cita,aku nyatakan dia adalah saudaraku,kita sesama makhluk Sang Pencipta yang Esa,kita adalah sama,dicipta dari tanah yang sama.Sekarang dia menjadi temanku,teman dalam jalan kehidupanku yang bisa membantu dalam memahami kebenaran yang tersembunyi,aku pandang dia tidak cacat--walau buta--dan dia aku pandang manusia seutuhnya,aku nyatakan: aku sayang padanya.Dia tersenyum gembira--sekarang--dia baru sarapan pagi seadanya di sisiku.Bahkan aku bilang,mintalah apa saja dariku,kau adalah saudaraku,aku menyayangimu,bahkan aku menyayangi orang yang bersimpuh di kuil,aku menyayangi orang yang berdo'a di gereja,kita adalah anak-anak dari Satu Keyakinan,Sang Khalik,siapa pun berada dalam jemari Ilahi,dituntun jalan ke arah kesempurnaan Ruhani.Aku menyayangimu Kang Priono,abadi bersama kekekalan cinta dan keindahannya,aku menyayangimu sebab telah kisaksikan dirimu remuk dan begitu rentan di depan penjajah yang keji,sedemikian melarat serta miskin,terusir di hadapan ketamakan,aku menangis demi kepentinganmu,dan dibalik air mataku aku mencoba menatap : kau ditemani Dia,aku aku mendekatimu dalam usahaku mendekati Dia.Kau adalah--aku temukan--seorang pengelana mencari sesuap nasi dan perlindungan di sahara kehidupan ini,tetapi mereka tidak menerimamu,bagaimana aku bisa bersenang-senang dibalik deritamu ini.Kau begitu mandiri: dengan tongkat di tangamu,kau telusuri kegelapan untuk berwudhu,mandi,sembahyang maka jadilah kau tidak buta,cahaya di mata hatimu terang benderang.Atas kehadiranmu,mengingatkan aku pada Kanjeng Nabi yang terusir oleh orang-orang itu,aku ingat akan tersalibnya Juru Selamat itu,aku ingat akan Socrates yang diberi racun untuk meminumnya.Ternyata Kanjeng Nabi tidak bisa dibunuh,sebab beliau hidup dalam keabadian Cinta,Socrate tidak bisa dihancurkan di Athena,sebab bilau hidup dengan keabadian kebenaran,cela dan hina tiada dapat menang melawan siapa pun yang menuruti jiwa kemanusiaan,dan mengikuti jejak-jejak para malaikat,mereka akan terus hidup dan berkembang tumbuh selamanya.Aku pun berucap kepada Kang Priono ini: sesungguhnya rumah yang menolak memberi sepotong roti atau seteguk air atau sepiring nasi,sesungguhnya rumah yang menolak untuk sebuah amben(ranjang) pada mereka yang memerlukan,sangatlah layak untuk disebut puing-puing reruntuhan dan rumah terbengkelai.Aku sayang kamu Kang Priono,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu,aku sayang kamu......Kawan2,kini aku lihat dia tersenyum,surga menyalakan kembali lentera dengan keharuman semerbak,aku minta dia damai di rumah ini sebagai mana harapannya,karena telah ditelusuri kegelaqpan ini tiada yang mau menampungnya,malah mengusirnya,aku melakukan ini sebab dia bukan orang lain dalan ranah keTauhidan hidupku,dan kini dia mau shalat dhuha dengan langkah tongkat di tangannya,sementara aku memandang dengan derai air mata......Selamat datang saudaraku di rumah Cinta ini.aku sayang kamu...