Senin, 23 Mei 2011

Ada orang yang mencurahkan semua tenaganya

untuk menaiki tangga karir,

tanpa memeriksa apakah tangga itu

bersandar pada dinding yang tepat.

Karir yang baik adalah tangga yang bersandar pada kebaikan.

Dan dua sebab utama dari ketidak-bahagiaan dalam karir,

adalah salah memilih dinding sandaran

atau salah cara menaiki tangga.

Kebahagiaan adalah masalah pilihan.

Mario Teguh

Ya Thayyibah

Ya Thayyibah
Wahai kota Madinah


Ya thayyibah ya thayyibah, ya dawal ‘ayaanaa
Wahai thayyibah (kota Madinah), wahai penawar mata
Istaghnaalik, walhawa nadaanaa
Kami merindukanmu, dan cinta memanggil kami

Sayyidi yaa abaa bakrin, hubbukum fil qiyaamah dukhri
Tuanku wahai Abu Bakar, cinta kepadamu adalah harapanku di hari kiamat
Ya ‘umar iqdlihi bi ‘umriy, wakadaa sayyidiy ‘utsmaana
Wahai Umar, kuhabiskan umurku baginya, juga tuanku Utsman

Yaa ‘aliy yabna abiy thoolib, minkumu mashdarul mawaahib
Waha Ali, wahai anak Abu Thalib, darimulah sumber segala anugerah
Hal turo hal uro lihaajib, ‘indakum afdlolul ghilmaanaa
Apakah terlihat oleh kedua mata, di sisimu dua pemuda yang terutama

Asyaadil hasan wal husaini, ilaannabiy qurrot ‘aini
Junjunganku Hasan dan Husain buah hati sang Nabi
Ya syabaabal jannataini, jaddukum shoohibul qur’aana
Wahai pemuda surga, datukmu adalah sang nerima mu’jizat (qur’an)

Washolaatullohi ta’alaa, ‘alaa man kallamal ghozaalah
Shalawat Allah swt, atas beliau yang berbincang dengan kijang
Wal aali ash-haabil kamaali, wal ash-haabi man ‘alau syaanaa
Dan keluarga yang sempurna, serta sahabat yang berkedudukan tinggi

Minggu, 22 Mei 2011


Ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami

Dhoharoddiinul muayyad, bidhuhurinnabi ahmad
Telah muncul agama yang didukung, dengan munculnya sang Nabi Ahmad
Ya hanaanaa bi Muhammad, dzalikal fadllu minalloh
Betapa beruntungnya kami dengan Muhammad, itulah anugerah dari Allah

Ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami…

Khushsho bissab ‘il matsaaniy, wahawa luthfal ma’aaniy
Diistemewakan dengan as-sab’ul matsaniy (al-Fatihah), penghimpun rahasia setiap makna
Maalahuu filkholqitstsaniy, wa’alaihi anzalalloh
Tak ada yang senilai dengannya, dan Allah mewahyukannya kepadanya (Muhammad SAW)

Ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami…

Min makkatin lamma dhohar, li ajlihinsyaqqol qomar
Ketika di Mekkah bulan tampak terbelah deminya (Muhammad SAW)
Waftakhorrot aalu mudlor, bihi ‘alaa kullil anaami
lalu kabilah mudhar (kabilah Muhammad SAW), menjadi dibanggakan di atas seluruh manusia

Ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami…

Athyobunnasi kholqon, wa ajalunnaasi khuluqon
Beliau adalah manusia yang terbaik ciptaanNya, dan yang teragung akhlaqnya
Dzikruhu ghorban wasyarqon, saairun walhamdulillaah
Semua mengelu-elukannya di barat dan di timur, segala puji bagi Allah

Ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami…

Shollu ‘alaa khoiril anaami, al mushthofa badrittamaami
Bersholawatlah kepada sebaik-baik manusia, yang terpilih, Sang bulan purnama
Shollu ‘alaihi wasallimuu, yasyfa’lanaa yaumazzihaam
Bersholawatlah dan sampaikanlah salam kepadanya, kelak ia kan member syafa’at kepada kita di hari kebangkitan

Ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa, ya hanaanaa
Betapa beruntungnya kami…
Pekerjaan yang tidak menyejahterakan adalah penjara yang menyamar
sebagai sumber rezeki.

Semakin keras kita bekerja
di tempat seperti itu,
akan semakin kuat cengkeraman
perasaan takut bahwa tidak ada
rezeki Tuhan di tempat lain.

Perendahan seperti apakah
yang dilalui oleh orang beriman,
yang bisa menghapus keyakinannya
bahwa rezeki Tuhan tersebar di muka bumi?

Berubahlah atau ubahlah keadaan.(MT)
Banyak orang menginginkan keberhasilan yang telah dicapai oleh orang lain,

tapi tidak bersedia meniru rajinnya,

atau mempelajari poses berpikir

dan mengelola keraguan dan ketakutannya,

atau meneladani keikhlasannya untuk memulai dari apa pun yang ada,

atau meneladani kepatuhannya kepada Tuhan.

Kita hanya mau enaknya.

Sesungguhnya, kita telah berlaku tidak adil.(MT)

Minggu, 08 Mei 2011

Membuat KTP di Negara Saya

Jika anda datang ke bapak RT dan minta surat pengantar pembuatan KTP, jangan lupa menitipkan uang kas RT. Karena Pak RT adalah pejabat yang tanpa dibayar mau dengan begitu saja bersama anda menghadapi semua masalah. Dengan kesadaran tinggi, anda semestinya sejak mula sudah mempersiapkannya sebagai bentuk penghargaan. Kemudian jika anda meneruskan ke Pak RW untuk mendapatkan stempel, jangan lupa sisipkan barang dua ribu untuk ganti ongkos rokok yang dia hisap ketika menjamu kehadiran anda. Karena mestinya dia bisa berencana tidak menghisap rokoknya itu jika anda tidak datang.



Jika sampai kelurahan, anda harus membayar kas desa. Karena kas itu akan bermanfaat ketika sudah berkumpul cukup untuk melakukan kegiatan tingkat desa. Jangan pernah berprasangka buruk bahwa kas itu akan masuk dalam kantong para pamong. Karena mereka adalah orang-orang pilihan yang tidak akan melakukan hal senista itu. Paling hanya beberapa ribu saja yang mereka gunakan untuk beli gula teh dan beberapa bungkus rokok. Bukankah mereka berhak atas itu?



Harga yang harus anda berikan adalah sesuai jumlah lembar yang dikeluarkan dan jumlah lingkaran stempel yang ditempelkan. Jangan sampai kurang, karena jika kurang itu berarti anda melakukan pelanggaran dan bisa dianggap sebagai tidak patuh pada Negara. Lebih jauh lagi adalah anda bisa dianggap hutang, karena jumlah stempel yang menempel adalah berfungsi juga sebagai bukti pembayaran.



Jika sudah sampai kecamatan, jangan pake bartanya berapa anda harus bayar. Anda harus tahu diri untuk mengeluarkan sejumlah uang. Mereka sudah bekerja begitu rajin dan mau menolong anda membuatkan KTP. Coba bayangkan jika mereka tidak ada, dari mana anda bisa mendapatkan KTP. Jika anda tidak punya KTP anda akan dianggap bukan warga Negara yang baik. Bisa juga digaruk satpol PP karena melanggar aturan kependudukan.

Jadi petugas yang membuatkan KTP adalah orang yang sangat berjasa. Sehingga sudah sewajarnya jika anda memberikan mereka penghargaan. Jangan pernah menghitung jumlahnya, karena semakin banyak anda memberi, berarti semakin anda disebut sebagai warga yang budiman, dan yang jelas mereka akan merasa sangat dihargai dan akan bekerja lebih cepat dari biasanya.



Jika anda tidak memberikan mereka penghargaan, jangan salahkan mereka akan ngambek. KTP anda bisa saja dua bulan tidak terproses. Data yang anda masukkan tidak akan pernah lengkap, kurang inilah, itulah, dan anda harus paling tidak bolak balik ke kecamatan sampai kaki anda lemas, dan waktu anda yang terbuang mestinya sudah cukup untuk mencari sejumlah uang yang sebaiknya anda berikan kepada mereka. Jadi ya ada baiknya anda menjadi orang yang dermawan.

Jika anda mengira bahwa KTP itu adalah hak anda, itu adalah kesalahan berfikir anda. Di jaman yang modern dan berorientasi pada jumlah materi, pikiran itu harus anda buang jauh-jauh. Membuat KTP adalah kewajiban anda, jika tidak punya anda bisa-bisa dideportasi, dan tidak bisa menikmati fasilitas-fasilitas yang dimudahkan oleh Negara, seperti raskin, askeskin, dan sebagainya.



Dan jika anda mengira para pegawai kecamatan itu abdi Negara yang berkewajiban melayani anda, itu adalah pemikiran yang sangat primitif. Pada masa sekarang ini, para pegawai itu berhak untuk menunda pekerjaan jika anda tidak memberinya penghargaan yang layak. Jangan pernah anda berfikir bahwa orang-orang menjadi pegawai bukan karena mempertimbangkan beban kewajibannya, namun karena limpahan hak yang melekat padanya, seperti gaji besar, bisa dapat uang tip, uang jasa, tunjangan ini dan itu, serta jaminan hari tua. Buang jauh-jauh pemikiran itu. Anda bisa dikenai pasal penghinaan dan pencemaran nama baik.



Hal ini penting anda ketahui, jangan sampai anda dilihat banyak orang dengan pandangan aneh sambil berbisik pada kawan dekatnya, “kok masih ada ya, orang seperti dia”.(bms.19)

Kau minta aku menulis cinta

Aku tak tahu huruf apa yang pertama dan seterusnya

Kubolak-balik seluruh abjad

Kata-kata cacat yang kudapat



Jangan lagi minta aku menulis cinta

Huruf-hurufku, kau tahu,

bahkan tak cukup untuk namamu



Sebab cinta adalah kau, yang tak mampu kusebut

kecuali dengan denyut

RABUN HATI

Penyakit paling berbahaya pasti rabun hati karena bahayanya tidak cuma ada di dunia tetapi juga akan tembus ke akhirat. Kita memang menatap dengan rasa ngeri ancaman diabetes dan gagal ginjal. Tetapi ada banyak saudara, kerabat dan sahabat, yang kehilangan kaki karena penyakit ini malah menemukan hidupnya kembali. Ia memang kehilangan kaki, tetapi menemukan hati. Ada banyak pasien cuci darah yang akhirnya menemukan ilmu pasrah (ikhlas). Ini ilmu yang pasti tidak didapat dengan mudah karena malah harus melewati ginjal yang parah. Ada begitu banyak kerusakan tubuh yang malah membangun hati. Karena itulah penyakit tubuh, mestinya tidak boleh semenakutkan dibanding dengan penyakit hati.

Hati itu, tidak usah sakit, cukup rabun saja, dampak kerusakannya sudah luar biasa. Jika penderita itu bernama suami, ia akan memutilasi kebahagiaan keluarganya sendiri. Manajemen keluarga yang sederhana akan menjadi rumit. Soal keuangan saja lalu ada uang perempuan, uang laki-laki, uang gelap, uang terang, uang abu-abu dan uang siluman. Apakah keluarga membutuhkan itu semua? Tidak. Kebutuhan keluarga itu sederhana. Menjadi tidak sederhana ketika nilai-nilai keluarga itu tidak lagi menjadi sumber orientasi.

Begitulah pula dengan pendidikan. Induk persoalannya selalu sederahana. Pendidikan bertugas mengajar siswa. Itu saja mestinya. Tetapi ketika pendidikan dijejali bermacam-macam kepentingan, dunia pendidikan menjadi berjejal muatan dan tujuan utama itu lalu nyelip entah di mana.

Begitu pula dengan pembangunan. Tugas utamanya simpel saja sebetulnya. Ia memudahkan, melancarkan dan memartabatkan kehidupan. Tetapi ketika di tubuh pembangunan terdapat aneka benalu penyimpangan, banyak sekali pembangunan yang malah berarti perusakan. Ada gedung yang baru dibangun sudah rusak. Ada gedung lama yang cuma untuk mangkrak. Ada kekeliruan yang dizinkan, ada pelanggaran yang dibiarkan, ada bahaya yang disengaja, ada kebakaran yang direncanakan, ada jembatan yang sengaja dibiarkan kelebihan beban.

Begitu pula dengan tata kelola negara. Mengelola rakyat itu sederhana. Hanya membutuhkan dua kata saja: ketegasan hukum. Tidak ada rakyat yang tidak takut hukum. Kalau kemudian begitu banyak pelanggaran hukum, bukan berarti kita memiliki banyak pelanggar, melainkan karena ada begitu banyak hukum yang menantang untuk dilanggar.

Di dunia ini sebetulnya tidak ada urusan yang ruwet. Yang ada ialah persoalan yang dibiarkan, ditumpuk, diabaikan untuk kemudian ia beranak-pinak sedemikian rupa hingga tak bisa lagi dicegah kecuali harus berujung pada kerusakan. Dan seluruh kerusakan itu hanya butuh sebab sederhana: rabun hati, penyakit yang membuat indera peraba, perasa, pendengar, pencium, pengecap lenyap dan yang tertingal cuma indera kepentingannya sendiri. (Prie GS)