Sabtu, 30 Januari 2010

akhir bahagia...chapter 1

kabut dingin merendah, pandangan hijau terhampar…lama aku tak menikmati damainya pagi seperti ini, di sini…menatap indah kokohnya deretan pegunungan, mendengar ramai merdunya kicau burung…

hingga akhirnya mulai hangat, hangat terasa masuk ke dalam relung tubuh dan jiwaku, burung kecil berwarna biru yang begitu indah menakjubkan ku...terbang begitu cepat melintas di depanku sebelum aku bisa mengenali spesiesnya.

Haaaahh…(aku menghela nafas), mentari beranjak naik meninggalkan peraduannya, makin hangat menyentuh kulit ari, kulihat empat ekor anak ayam yang mulai lahap memakan sarapannya dengan begitu nikmat, sambil sesekali melihat ke arahku…mungkin mereka iba…(kembali menghela nafas…)

Itu adalah pagi tiga hari yang lalu, pagi setelah malam harinya aku hanya sedikit saja merasakan kantuk, entah kenapa…

Ohh, aku ingin sekali menuliskan semua ini sebaik para penulis yang begitu indah mengalir kata-kata bijak darinya…untukmu…

Hmmm…hangat, karena kemurahanNya…

Kita tidak pernah meminta kepadaNya agar diberikan matahari yang bersuhu dua belas ribu derajat Fahrenheit, dengan jarak antara bumi yang kita tempati ini dengan matahari kira-kira (bahkan tidak ada yang bisa mengukurnya secara tepat) 92,5 juta mil. Sedangkan jarak bumi dengan bulan kira-kira 240 ribu mil. Jarak yang ada ini ternyata adalah jarak yang sesuai untuk terciptanya suatu kehidupan yang cocok bagi makhluk hidup di bumi ini. Sebab jika bumi kita jaraknya lebih dekat dari yang sekarang, maka segala kehidupan yang ada di atasnya akan langsung terbakar dan hangus dalam sekejap. Sedangkan jika jarak matahari dengan bumi lebih jauh, maka segala isi bumi akan menjadi beku. Akibatnya segala yang ada di atas bumi akan mati. Namun apabila jarak antara bumi dengan bulan lebih dekat atau lebih jauh dari yang sekarang, maka air laut akan menjadi pasang dan ini akan mengakibatkan seluruh permukaan bumi akan tergenang oleh air. Pulau-pulau yang berisi kehidupan akan hancur. Daya gravitasinya akan memecahkan pegunungan dan perbukitan, dan akhirnya seluruh kehidupan yang ada akan lenyap. Sungguh kita tidak pernah meminta semua itu bukan…?

Banyak sekali nikmat, yang tidak pernah kita minta saja Alloh beri…

Apalagi kalau kita mau meminta…dan aku yakin, permintaan kami tidaklah sulit bagiMu ya Robb... walaupun kami memang masih malas, kurang ketaatan kepadaMu, tapi kami berjanji akan lebih baik…mudahkanlah kami menerima apapun yang terbaik dariMu ya Robb…

Perlahan, sedikit meredup…tertutup awan, padahal aku masih membutuhkan hangatnya....

Akhirnya aku putuskan untuk beranjak pulang, berhenti …

Seperti malam harinya kami memutuskan untuk berhenti, walaupun ternyata beberapa hari kemudian, terbukti sulit sekali…berat sekali rasanya menghentikan semua itu…

Ampuni kami ya Robb…Engkaulah Sang pembolak balik hati…beri kami kekuatan…aku ingin yang terbaik baginya…

Sesampainya di rumah, kucoba menjalani aktivitas seperti biasa. Tapi ternyata hanya tubuh ini yang melakukannya, fikiranku entah kemana…

Aku berangkat seperti biasa, dan berharap semuanya akan biasa saja. Ternyata aku salah, 11.30, 1 km lagi seharusnya aku sudah sampai. Tapi…entah mengapa mobil itu begitu mengagetkanku, aku rem mendadak dengan rem depan…hingga akhirnya, aku kembali membuktikan bahwa jalan aspal dimanapun tidak ada yang empuk…

Mungkin hampir 5 meter aku terhempas, mengakrabkan lembutnya aspal siang itu dengan kulit ariku…terhampar sejajar dengan shogun setiaku…kasihan dia, pasti lukanya tambah dalam ditambah dengan luka-luka baru mungkin…

Kenapa mesti terjadi di saat seperti ini??? Tanyaku dalam hati, tapi aku bergegas berdiri, mendekati shogunku, kulihat keadaanya…dan tak sampai 3 menit kemudian aku pergi, tak mau jadi tontonan…sembari mengatakan kepada orang-orang “aku tidak apa-apa”…

Ya, memang tidak apa-apa, ‘hanya’ lecet disana-sini…’hanya’ yang membuatku memilih diam di rumah karena badanku merasakan ‘hanya’ yang sebenarnya setelah aku melewati malam setelah aku berkata aku tidak apa-apa…walaupun ada keajaiban yang terjadi nantinya…;)

Beberapa saat kemudian aku sampai, berusaha menyembunyikan kejadian beberapa menit lalu sambil menikmati perih yang mulai terasa di kulitku…ternyata lumayan banyak juga bagian yang merasakannya…(kalau mau dihitung sepertinya, banyak sekali ‘ternyata’ yang aku tuliskan…)

Sudah hampir masuk waktu dhuhur, ke masjid…sebaiknya kunikmati semua ini di sana. Melihat lebih jelas, bagian mana saja yang harus mendapat perawatan sesampainya di rumah nanti, (tanpa perlu orang rumah tau), suatu kebiasaan yang tidak baik sebenarnya…tapi aku hanya tidak ingin membuat mereka khawatir, walaupun tak lama aku bisa menyembunyikannya, karena aku memutuskan untuk diam di rumah di hari berikutnya…tentu saja itu menimbulkan pertanyaan…

hingga akhirnya aku tau kenapa aku tetap di rumah, ada yang membutuhkanku…;)

kunikmati, kuamati…ah, bisa kutahan…’hanya’ seperti ini…luka kecil saja…

aku akhiri dulu di sini…karena sekali lagi sudah kau tanyakan…

aku tak ingin kau menunggu terlalu lama lagi…bahkan sesungguhnya, semampuku...aku tak pernah ingin membuatmu menunggu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar